Saat konferensi pers Kamis (15/4), Zhao menyoroti pertemuan virtual antara China dan Korea Selatan yang berlangsung Rabu (14/4). Di mana kedua negara telah menyatakan penolakan tegas mereka terhadap keputusan Tokyo selama pertemuan pertama dialog kedua negara tentang mekanisme urusan maritim.
"Kedua negara mendesak Jepang untuk berkonsultasi dengan organisasi internasional dan negara tetangga, dan dengan hati-hati menangani masalah air limbah," kata Zhao, seperti dikutip dari
Global Times, Kamis (15/4).
Zhao telah mengutuk keputusan yang menurutnya adalah sikap egois dari pemerintah Jepang yang berniat membuang air radioaktif Fukushima ke laut, dengan mengatakan bahwa pihak ketiga termasuk China, Korea Selatan, dan lembaga internasional, harus terlibat dalam pemeriksaan pembuangan air limbah.
“Mengingat TEPCO (Tokyo Electric Power Company Holdings) telah memutarbalikkan data dan insiden tersembunyi, apakah data tanpa penilaian dan pemantauan lembaga internasional benar-benar dapat diandalkan?†tanya Zhao.
"Untuk membuktikannya bersih, pertama-tama minta politisi Jepang menggunakan air untuk minum, memasak, mencuci pakaian, atau irigasi," lanjutnya.
Zhao menekankan bahwa pemerintah Jepang seharusnya tidak melihat dukungan dari AS sebagai obat penenang.
Zhao mengingatkan, bahwa sambil mengacungkan jempol dengan keputusan Jepang, AS telah melarang impor beras Jepang, ikan, dan produk lainnya, karena masalah kesehatan masyarakat terkait radiasi dan kontaminasi nuklir.
Badan Pengawas Obat dan Makanan AS juga mengatakan telah memperkuat pengawasan produk yang diatur dari Jepang.
“Bagaimana pemerintah Jepang menjelaskan kebijakan AS ini?†Zhao bertanya.
Setali tiga uang dengan penentangan China, Kementerian Luar Negeri Rusia juga menyatakan keprihatinan besar atas masalah tersebut pada Selasa (13/4) malam lalu.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: