Menurut laporan, personel perlindungan hewan New Taipei menemukan delapan dari 130 sapi yang dipelihara di peternakan tersebut mengalami demam dan nodul (benjolan) di kulit mereka.
Tes PCR oleh COA Animal Health Research Institute menggunakan sampel darah yang diambil dari tiga dari delapan sapi menunjukkan bahwa mereka tertular penyakit yang disebabkan oleh virus capripox.
Delapan sapi itu kemudian dimusnahkan, dikremasi, dan dikuburkan di tempat, dengan pembatasan diberlakukan pada pergerakan di dekat peternakan, seperti dikutip dari Taiwan News, Jumat (16/4).
Penyakit kulit menggumpal adalah penyakit ternak yang menular, meletus, dan fatal yang ditandai dengan bintil-bintil pada kulit dan bagian tubuh lainnya. Infeksi bakteri sekunder seringkali memperburuk kondisi.
Pada Kamis sore, sekuensing genom yang dilakukan oleh institut tersebut menetapkan bahwa virus yang ada dalam darah sapi Linkou adalah 100 persen cocok dengan yang ditemukan pada sapi di pulau terpencil Kinmen pada tahun 2020 dan kasus serupa di China pada tahun 2019.
Taiwan akan melaporkan kasus tersebut dan hasil tes terkait ke Organisasi Dunia untuk Kesehatan Hewan.
Kamis malam, Menteri Pertanian Chen Chi-chung, mengatakan virus itu bisa menyebar dari Kinmen atau China ke Taiwan.
"Dalam upaya untuk mencegah penularan penyakit, yang bahkan lebih membahayakan sapi perah, semua sapi di New Taipei akan divaksinasi pada hari Jumat, dan mereka yang berada di daerah lain di utara Kabupaten Miaoli akan divaksinasi dalam waktu tiga hari," katanya.
Taiwan memiliki sekitar 35.000 sapi potong di 1.197 peternakan nasional dengan nilai produksi 2,5 miliar dolar Taiwan baru (88,21 juta dolar AS) per tahun, menurut Chen.
Sementara itu, ada 120.000 ekor sapi perah di 560 peternakan di seluruh negeri dengan nilai produksi tahunan 11,5 miliar dolar Taiwan baru, ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: