Raul Castro, adik laki-laki Fidel Castro, mengambil langkah bersejarah; ia secara resmi mengundurkan diri sebagai kepala Partai Komunis Kuba, posisi paling kuat di pulau itu. Menimbulkan ekspektasi akan perubahan signifikan di antara rakyat Kuba.
Pengunduran diri Raul dibahas dalam kongres pekan ini, yang berlangsung pada 16-19 April. Pengunduran diri Castro terjadi saat Kuba, salah satu negara komunis terakhir di dunia, menghadapi banyak tantangan.
Ekonominya menyusut 11 persen pada tahun 2020 karena pandemi, dan negara itu bergulat dengan sanksi AS yang diperketat dan penurunan bantuan dari sekutunya, Venezuela. Pemerintah kekurangan uang untuk mengimpor makanan dan obat-obatan, yang berarti antrean tanpa akhir di luar toko ketika makanan tersedia, dan satu kali makan sehari untuk beberapa keluarga.
Kongres kedelapan Partai Komunis itu akan mengesahkan Presiden Miguel DÃaz-Canel sebagai sekretaris jenderal partai berikutnya dan menetapkan pedoman kebijakan.
Raul Castro dan almarhum saudara laki-lakinya, Fidel Castro, telah berkuasa sejak revolusi 1959.
Sejak 2018 Raul mengharapkan DÃaz-Canel bisa menggantikannya setelah pensiun pada 2021.
Sejak itu pula, transisi politik Kuba telah terlihat.
DÃaz-Canel, saat ini berusia 60 tahun, mantan menteri pendidikan, mewakili generasi baru yang tumbuh dewasa setelah revolusi.
Meskipun mundur, banyak analis percaya Castro, yang berusia 90 tahun pada bulan Juni, akan terus menjadi tokoh paling berpengaruh di pulau itu sampai kematiannya.
Spesialis Kuba dari Institute for Higher Learning on Latin America (IHEAL) di Paris, Stephane Witkowski mengatakan kepada FRANCE 24, bahwa "Kepergian Raul Castro dari kehidupan politik telah diperkirakan sejak lama."
"Ini merupakan langkah dalam proses generasi transisi antara mereka yang hidup melalui revolusi 1959 dan generasi baru," ujarnya.
"Memang, tanggalnya pasti tidak dipilih secara acak," kata spesialis itu. Menyebut bahwa Raul Castro adalah sosok yang berdampak pada seluruh rakyat.
"Mulai sekarang, politik Kuba memasuki fase baru. Terserah generasi baru ini untuk mengangkat obor dan membuktikan keabsahannya," katanya.
Mantan diplomat Carlos Alzugaray, mengatakan, merasa tidak mungkin membayangkan Castro benar-benar menarik diri dari kehidupan politik Kuba.
"Dia akan selalu ada di sana," kata Alzugaray kepada
AFP.
"Itu bisa menjadi model yang mirip dengan apa yang terjadi di China ketika Deng Xiaoping tidak lagi memiliki posisi tetapi dia masih hidup dan karenanya dia harus berkonsultasi tentang segala hal. Dia punya kata terakhir," ujarnya.
Arturo López-Levy, seorang profesor di Holy Names University di California, mengatakan, waktunya bagi generasi baru untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik, terutama bagaimana mengendalikan pandemi ini. Reformasi ekonomi akan mendapatkan daya tarik setelah pandemi terkendali, menurutnya.
"Sekarang mereka akan dipaksa untuk melakukan reformasi penting, karena legitimasi mereka tidak datang dari latar belakang yang revolusioner, tetapi dari kemampuan untuk menunjukkan kinerja yang lebih baik,†katanya.
Fabio Fernández, seorang profesor sejarah di Universitas Havana, yang sering dikutip di surat kabar Partai Komunis Granma, mengatakan penting bagi partai untuk bergerak maju, memenuhi reformasi ekonomi yang dijanjikannya lebih dari satu dekade lalu, dan membuat perubahan politik tanpa meninggalkan sistem sosialisnya.
“Konsep baru sosialisme Kuba adalah apa yang perlu kita adopsi karena yang lama tidak lagi berfungsi,†katanya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: