Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Duterte Didesak Angkat Bicara Soal Ancaman Terbaru China Di Laut China Selatan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Jumat, 16 April 2021, 20:42 WIB
Duterte Didesak Angkat Bicara Soal Ancaman Terbaru China Di Laut China Selatan
Beberapa waktu belakangan, China berlatih di Laut China Selatan yang disengketakan serta mengirimkan ratusan kapal ke wilayah dekat Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina di kawasan Laut China Selatan/Net
rmol news logo Presiden Filipina Rodrigo Duterte didesak untuk angkat bicara dan lebih tegas bersikap dalam menghadapi aktivitas terbaru China di kawasan Laut China Selatan yang bersinggungan dengan Filipina. Desakan tersebut disampaikan oleh sejumlah anggota parlemen dan pengamat di negara tersebut.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Diketahui bahwa beberapa waktu belakangan, China berlatih di Laut China Selatan yang disengketakan serta mengirimkan ratusan kapal ke wilayah dekat Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) Filipina di kawasan tersebut.

Meski begitu, Duterte belum tampak mengeluarkan sikap atau pernyataan tegas mengenai hal tersebut. Padahal, sejumlah pejabat Filipina, termasuk diplomat tinggi negara dan kepala pertahanan, secara terbuka menuntut agar kapal-kapal China segera meninggalkan perairan negara itu.

Karena itulah, sejumlah anggota parlemen serta pengamat kebijakan luar negeri geram melihat diamnya Duterte. Mereka menilai bahwa Duterte tengah menjalankan apa yang disebut dengan "kebijakan kepatuhan" terhadap China.

Bahkan dalam pidato terbarunya Kamis malam kemarin (16/4), Duterte tidak menyebut soal isu Laut China Selatan.

Sejumlah aggota parlemen dan pengamat di Filipina menilai, sikap diam Duterte soal aktivitas terbaru China di Laut China Selatan justru bisa mengirimkan sinyal yang salah kepada China.

Dalam sebuah pernyataan, Senator Leila de Lima, seorang anggota oposisi, memperingatkan bahwa Filipina bukan tidak mungkin akan menjadi salah satu dari satelit China jika Duterte dan militer gagal menghadapi China.

De Lima mengatakan, terlepas dari ekspresi dukungan Amerika Serikat terhadap posisi Manila di Laut China Selatan, kebijakan merendahkan diri di hadapan China yang dilakukan Duterte dapat terbukti merusak integritas wilayah Filipina.

Mengutip kabar yang dimuat Al Jazeera, selama hampir 70 tahun, Filipina telah mempertahankan pakta pertahanan bersama dengan Amerika Serikat. Tetapi sejak Duterte menjabat pada tahun 2016, dia telah membina hubungan yang lebih dekat dengan China.

Kritik senada juga dilontarka oleh senator oposisi lainnya, Risa Hontiveros. Dia mengatakan bahwa sudah waktunya bagi Duterte untuk menghadapi China.

"China benar-benar berniat menolak cara diplomatik apa pun untuk menyelesaikan perselisihan kami," ujarnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA