Begitu kata Menteri Luar Negeri Amerika Serikat Antony Blinken dalam sebuah pernyataan pada hari Jumat (16/4).
"Pembatasan visa bagi mereka yang diyakini bertanggung jawab, atau terlibat, merusak proses demokrasi di Uganda, termasuk selama pemilihan umum 14 Januari di negara itu dan juga kampanye sebelumnya," kata Blinken, seperti dikabarkan
Reuters.
Diketahui bahwa petahana, Yoweri Museveni kembali memenangkan masa jabatannya untuk keenam kalinya, mengalahkan pesaingnya, Bobi Wine dalam pemilu Januari lalu.
Pemilu Uganda tersebut juga mengundang perhatian Amerika Serikat. Menurut diplomat top Amerika Serikat untuk Afrika, Tibor Nagy di Twitter pada Januari lalu, proses pemilu di Uganda pada dasarnya "cacat".
Dia menekankan bahwa pihak berwenang di Uganda menolak akreditasi untuk pemantau pemilu, melakukan kekerasan, pemenjaraan dan pelecehan terhadap tokoh opisisi.
Di sisi lain, selang beberapa hari setelah pemilu digelar, pemerintah Uganda mengecam Duta Besar Amerika Serikat Natalie E. Brown karena mencoba mengunjungi Bobi Wine di rumahnya. Mereka bahkan menuding apa yang dilakukan Brown sebagai upaya untuk merusak hasil pemilihan presiden.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: