Pasalnya, Israel melihat Iran sebagai ancaman keamanannya di kawasan Timur Tengah. Kesepakatan tersebut dianggap Israel akan memperkuat posisi Iran dan semakin mengancam Israel.

"Israel bukan sekedar protes untuk menghalangi Amerika Serikat kembali ke perjanjian tersebut, tapi juga selalu menggunakan cara provokasi dan sabotase," ujar pengamat politik Islam dan Timur Tengah Dr. Muhammad Najib dalam program webinar mingguan RMOL World View bertajuk
"Antara Amerika Serikat, Iran dan Israel" yang diselenggarakan pada Senin (19/4).
Salah satu bentuk provokasi dan sabotase terbaru yang dilancarkan oleh Israel adalah melakukan serangan siber dikombinasi dengan serangan intelijen untuk membuat Iran marah dengan menyerang fasilitas nuklirnya di Natanz.
"Provokasi dan sabotase ini dilakukan saat renegosiasi soal JCPOA ini segera berlangsung di Vienna," kata Najib.
Tidak berhenti sampai di situ, Israel juga bahkan melakukan manuver politik lainnya ke sejumlah negara-negara Arab, terutama yang sudah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.
"Israel secara intensif melakukan komunikasi dengan mereka (negara-negara Arab) sembari menakut-nakuti bahwa jika Iran kuat, maka mereka sebagai negara yang secara geografis dekat dengan iran, akan terancam. Ini yang terus dilakukan oleh Israel," paparnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: