Kesediaan itu muncul setelah CEO produsen vaksin terbesar India Serum Institute of India (SII), Adar Poonawalla, memposting tweet pada Jumat, yang isinya meminta Presiden AS Joe Biden untuk mencabut embargo ekspor bahan mentah, sehingga negara lain dapat meningkatkan produksi vaksin.
"Hormat @POTUS, jika kita ingin benar-benar bersatu dalam memerangi virus ini, atas nama industri vaksin di luar AS, saya dengan rendah hati meminta Anda untuk mencabut embargo ekspor bahan baku keluar dari AS agar produksi vaksin dapat meningkat," cuit Poonawalla.
Salah satu perusahaan farmasi yang berbasis di Provinsi Jiangsu, China Timur, mengatakan kepada Global Times tanpa menyebut nama, bahwa perusahaan tersebut mengekspor natrium klorida untuk keperluan medis ke India, dan beberapa di antaranya digunakan dalam produksi vaksin.
Saat ini kebanyakan produksi mereka sebagian besar untuk pasokan domestik, di mana permintaan untuk produksi vaksin sangat tinggi. Namun, manajer perusahaan itu mengatakan bahwa kapasitasnya memadai untuk lebih banyak pesanan dari negara tetangga, termasuk India.
Sementara, seorang direktur produsen kaca farmasi besar di Provinsi Shandong, China Timur, bermarga Zhao, mengatakan bahwa perusahaan tersebut memiliki produksi tahunan lebih dari 50 juta botol, yang dapat memenuhi kebutuhan dalam dan luar negeri saat ini.
Zhao mengatakan bahwa meskipun kapasitas produksi memadai, ada sedikit kemauan di seluruh industri untuk mengekspor ke negara lain, karena botol vaksin sebagian besar terbuat dari kaca silikon impor, sehingga keuntungan terbatas. Tetapi perusahaan dapat memperluas ekspornya ke negara lain seperti India jika ada permintaan yang meningkat.
Times of India melaporkan pada hari Senin (19/4), India telah menambahkan lebih dari 200.000 kasus infeksi harian baru selama empat hari berturut-turut, dan total kasus yang dilaporkan telah melebihi 15 juta, terbesar setelah AS, menurut data dari Universitas John Hopkins.
Meskipun Poonawalla tidak merinci dalam tweetnya baru-baru ini, dia menyebutkan pada bulan Maret bahwa “ada banyak kantong dan filter dan barang-barang penting yang dibutuhkan produsen,†seraya mencatat bahwa AS telah menerapkan Undang-Undang Produksi Pertahanan, yang mencegah ekspor bahan mentah kritis, yaitu bahan yang dibutuhkan untuk produsen vaksin, seperti dilaporkan Economic Times pada Jumat.
Menghadapi jumlah yang tinggi, India memberikan otorisasi darurat untuk vaksin Sputnik V Rusia minggu ini. Mereka juga telah mendesak produsen vaksin AS seperti Pfizer dan Moderna untuk menjual dosis mereka ke India.
Meskipun tidak ada data resmi yang tersedia untuk menunjukkan volume ekspor terkait vaksin dari China ke India saat ini, para ahli mengatakan bahwa kapasitas China memadai dan negara tersebut siap untuk membantu India jika diperlukan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: