Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kronologi Penangkapan Mahasiswa Indonesia Di Korsel, Terjebak Voice Phising Dengan Kerugian Rp 468 Juta

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Selasa, 20 April 2021, 21:51 WIB
Kronologi Penangkapan Mahasiswa Indonesia Di Korsel, Terjebak Voice Phising Dengan Kerugian Rp 468 Juta
Ilustrasi/Net
rmol news logo Mahasiswa Indonesia berinisial MRAP alias MRA alias A telah ditangkap oleh kepolisian Korea Selatan atas dugaan kasus voice phising.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Menurut jurubicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah, MRAP ditangkap oleh kepolisian Korea Selatan pada 21 Januari lalu di Gwanak-gu, Seoul. Lokasi tersebut diketahui sebagai tempat tinggal MRAP sebagai mahasiswa di Sung Kyung Kwan University.

MRAP ditangkap karena diduga terlibat dalam kejahatan voice phising, di mana ia mengantarkan uang hasil penipuan.

Berdasarkan penuturan dari seorang rekannya, MRAP mendapatkan tawaran pekerjaan paruh waktu oleh seseorang yang belum diidentifikasi lewat Facebook. Sebelumnya, ia memang sedang mencari kerja paruh waktu dan bergabung dalam laman Facebook pencarian kerja paruh waktu.

"Dia baru mulai ikut part time 17 Januari," ujar rekannya tersebut kepada Kantor Berita Politik RMOL, Selasa (20/4).

Menurut rekannya, MRAP sempat ragu ketika ditawari pekerjaan tersebut. Namun ia mengira uang yang dikirimkan hanya uang bisnis biasa.

Setelah sekitar dua hingga tiga kali melakukan kerja paruh waktu tersebut, kemudian pada 21 Januari, MRAP ditangkap oleh polisi Korea Selatan.

Lantaran pengiriman uang tersebut dilakukan di Chungcheon, pada 24 Januari otoritas Korea Selatan memutuskan untuk memindahkan MRAP ke Penjara Chungcheon.

Pada 5 April, MRAP menjalani sidang pertama di Pengadilan Chungcheon. Menurut rekan MRAP, kasus voice phising yang menjeratnya menimbulkan kerugian hingga 36 juta won atau setara dengan Rp 468 juta (Rp 13/won).

Proses hukum yang dihadapi MRAP lebih panjang karena terkendala bahasa, di mana dokumen-dokumen yang diperlukan harus diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris.

Untuk itu, proses persidangan MRAP akan dilanjutkan pada 11 Mei.

Terkendala Informasi

Dalam kasus yang menjerat MRAP, informasi menjadi kendala tersendiri. Lantaran sejak awal MRAP memutuskan untuk menutup kasusnya agar tidak membuat khawatir keluarga, maka pihak Kedutaan Besar RI di Seoul tidak mendapatkan informasi dari otoritas Korea Selatan.

KBRI Seoul sendiri baru mendapatkan informasi penangkapan MRAP setelah ada dua rekannya yang melapor pada 25 Januari.

Setelah itu, pihak KBRI langsung melakukan kontak dengan otoritas Korea Selatan dan berupaya untuk memastikan proses pendampingan dan kekonsuleran.

Tetapi belakangan, MRAP sendiri telah memberikan informasi kepada pengacara yang didapatkannya dari Kehakiman Korea Selatan untuk membuka kasus tersebut.

Namun menurut rekan MRAP, baik pihak otoritas Korea Selatan dan KBRI Seoul belum mendapatkan informasi tersebut. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA