Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Gelombang Kedua Pandemi Covid-19 Di India Bak Tsunami

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Rabu, 21 April 2021, 22:20 WIB
Pengamat: Gelombang Kedua Pandemi Covid-19 Di India Bak Tsunami
India tengah kerepotan menangani gelombang kedua pandemi Covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Maret lalu/Net
rmol news logo India tengah kerepotan menangani gelombang kedua pandemi Covid-19 yang terjadi sejak pertengahan Maret lalu.

Kuburan kehabisan ruang, rumah sakit menolak pasien, dan keluarga yang putus asa meminta bantuan di media sosial untuk mendapatkan tempat tidur dan obat-obatan.

Pada hari ini (Rabu, 21/4), negeri Bollywood melaporkan 295.041 kasus virus korona dan 2.023 kematian baru. Menurut penghitungan CNN dari angka-angka dari Kementerian Kesehatan India, Ini adalah kenaikan tertinggi dalam kasus dan peningkatan kematian tertinggi yang tercatat dalam satu hari sejak dimulainya pandemi.

"Volumenya sangat besar," kata Jalil Parkar, konsultan paru senior di Rumah Sakit Lilavati di Mumbai.

Di rumah sakit tersebut, mereka bahkan harus mengubah lobinya menjadi bangsal tambahan Covid.

"Ini seperti tsunami. Segalanya di luar kendali," kata Ramanan Laxminarayan, direktur Pusat Dinamika Penyakit, Ekonomi dan Kebijakan di New Delhi.

"Tidak ada oksigen. Tempat tidur rumah sakit sulit ditemukan. Tidak mungkin mendapatkan tes. Anda harus menunggu lebih dari seminggu. Dan hampir setiap sistem yang dapat rusak dalam sistem perawatan kesehatan telah rusak," jelasnya, seperti dikabarkan CNN.

Hal senada juga digambarkan oleh Perdana Menteri India Narendra Modi sehari sebelumnya (Selasa, 20/4). Dalam pidato publiknya, dia mengakui sedang ada ppertempuran yang sangat besar di negara itu melawan Covid-19.

Dia mengimbau negara-negara bagian untuk menggunakan penguncian sebagai pilihan terakhir mereka.

Sebelumnya, Kepala Menteri Delhi Arvind Kejriwal memperingatkan bahwa kegagalan menghentikan pergerakan di kota dapat menyebabkan "tragedi".

"Kami tidak ingin membawa Delhi ke tempat di mana pasien terbaring di koridor rumah sakit dan orang sekarat di jalan raya," kata Kejriwal.

Pada waktu yang bersamaan, pihak berwenang juga terus bergegas untuk mengubah kompleks olahraga, ruang perjamuan, hotel dan sekolah menjadi pusat perawatan yang sangat dibutuhkan, dengan tujuan untuk menambah 6.000 tempat tidur tambahan dalam beberapa hari.

"Sistem kesehatan kita sudah mencapai batasnya. Sekarang dalam keadaan tertekan. Belum runtuh tapi dalam kesusahan," kata Kejriwal.

"Setiap sistem perawatan kesehatan memiliki batasannya sendiri. Tidak ada sistem yang dapat menampung pasien tanpa batas," sambungnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA