Hal itu dikemukakan oleh Moon dalam wawancara terbaru yang diterbitkan oleh
The New York Times pada Rabu (20/4) kemarin.
Moon menekankan bahwa Biden perlu terlibat langsung dengan pemimpin Korea Utara Kim Jong-un dan tidak mendelegasikan potensi diplomasi kepada pejabat tingkat bawah.
"Titik awal terpenting bagi kedua pemerintah adalah memiliki kemauan untuk berdialog dan duduk berhadap-hadapan sejak dini," kata Moon kepada
The New York Times.
"Saya berharap Biden akan turun sebagai presiden bersejarah yang telah mencapai kemajuan substantif dan tidak dapat diubah untuk denuklirisasi lengkap dan penyelesaian perdamaian di Semenanjung Korea," sambungnya.
Dia menjelaskan bahwa meskipun Korea Utara memang menghentikan uji coba nuklir dan misilnya setelah pertemuan resmi pertama Kim Jong Un dengan Presiden Amerika Serikat sebelumnya, Donald Trump, pada tahun 2018 lalu.
Namun sayangnya, Trump menindaklanjuti pertemuan itu dengan buruk dan tidak ada langkah yang lebih konkret yang dicapai, meskipun sempat digelar pertemuan puncak kedua pada Februari 2019.
"Saya percaya bahwa jika kita membangun apa yang ditinggalkan Presiden Trump, kita akan melihat upaya ini membuahkan hasil di bawah kepemimpinan Biden," kata Moon.
Dia juga mendesak Amerika Serikat dan Korea Utara untuk mengembangkan "peta jalan yang saling dipercaya" menuju tujuan akhir denuklirisasi dan penghapusan sanksi internasional yang keras terhadap Pyongyang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: