"Ini menyedihkan, melihat bahwa penderitaan rakyat kami dan penderitaan nenek moyang kami dipergunakan oleh beberapa negara untuk tujuan politik," kata Mashalian, seperti dikutip dari
Anadolu Agency, Jumat (23/4).
"Ketegangan yang disebabkan penggunaan isu ini dalam agenda parlemen selama beberapa dekade tidak membantu pemulihan hubungan kedua negara, sebaliknya menimbulkan perasaan bermusuhan dan menunda perdamaian," katanya.
Ia menggarisbawahi bahwa persahabatan dan ketulusan harus diperkuat antara negara Turki dan Armenia. Evaluasi insiden sejarah akan jauh lebih konstruktif dan memuaskan dalam kondisi ini.
"Negara pihak ketiga diharapkan dapat memberikan kontribusi yang menggembirakan ke arah ini," katanya.
"Kami, seperti pendahulu dan mendiang leluhur, akan terus mengharapkan perdamaian, persahabatan, dan kesejahteraan antara orang Turki dan Armenia," katanya merujuk pada peristiwa 1915.
Dia juga menyebutkan bahwa sebagai negara tetangga, Turki dan Armenia ditakdirkan untuk hidup berdampingan mengingat lokasi geografis dan pengalaman sejarah mereka.
"Kami lebih suka menjadi salah satu dari mereka yang mengharapkan kebangkitan hubungan bertetangga, antara otoritas Turki dan Armenia," tambahnya.
Dia juga mengirimkan pesan dan ucapan terima kasihnya kepada Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan karena memberikan perhatian pada masalah ini.
"Pesan-pesan ini menunjukkan semangat berbagi rasa sakit kami dan rasa hormat tertentu untuk anak-anak bangsa kami yang kehilangan nyawa mereka di pengasingan," ujarnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: