Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Inggris Bantah Tuduhan Bahwa Perdana Menterinya Pilih Korban Berjatuhan Daripada Lakukan Penguncian Lagi

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 26 April 2021, 16:29 WIB
Inggris Bantah Tuduhan Bahwa Perdana Menterinya Pilih Korban Berjatuhan Daripada Lakukan Penguncian Lagi
Perdana Menteri Boris Johnson/Net
rmol news logo Perdana Menteri Boris Johnson menghadapi kecaman akibat komentarnya pada beberapa bulan lalu yang mengatakan ia lebih memilih korban berjatuhan daripada harus melakukan penguncian kembali.

Kecaman itu muncul setelah surat kabar Daily Mail mengutip sumber tak dikenal yang mengatakan bahwa, pada Oktober 2020, tak lama setelah menyetujui penguncian Covid-19 kedua, Boris Johnson mengatakan dalam sebuah pertemuan di Downing Street: "Tidak ada lagi penguncian - biarkan ribuan mayat menumpuk."

Menteri Pertahanan Ben Wallace berusaha membantah bahwa Johnson tidak pernah mengatakan hal itu.

Kepada Sky News, Walace meluruskan bahwa semua orang telah mengetahuinya bahwa berita itu sama sekali tidak benar. Selama ini Johnson begitu fokus menangani pandemi.

"Kita sekarang memasuki babak komedi tentang cerita gosip ini. Anda tahu, sumber yang tidak disebutkan namanya, penasihat yang tidak disebutkan namanya,  berbicara tentang peristiwa yang tidak disebutkan namanya...., Anda tahu, lihat, semua ini tidak serius," kata Wallace.

Ia menekankan, sebuah kabar harus jelas siapa yang mengatakannya, apa yang dikatakan, bagaimana peristiwanya.

"Saya serahkan pada kolom gosip Oscar yang sekarang baru saja diluncurkan," katanya.

The Daily Mail melaporkan dugaan komentar Johnson dibuat pada akhir Oktober ketika Inggris dilanda gelombang kedua infeksi virus corona.

Menurut surat kabar itu, perdana menteri diberi peringatan oleh menteri Kantor Kabinet Michael Gove bahwa -tanpa batasan baru- tentara akan dibutuhkan untuk menjaga rumah sakit yang dipenuhi pasien Covid-19.

Partai Buruh telah meminta Johnson untuk membuat pernyataan publik 'secepat mungkin' untuk mengatasi klaim yang disebut dalam laporan Daily Mail. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.