Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

China Alami Penurunan Populasi Untuk Pertama Kali, Bagaimana Dampaknya?

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Rabu, 28 April 2021, 16:56 WIB
China Alami Penurunan Populasi Untuk Pertama Kali, Bagaimana Dampaknya?
Populasi China alami penurunan/Net
rmol news logo China diperkirakan akan melaporkan penurunan populasi untuk pertama kalinya dalam lima dekade terakhir.

Biro Statistik Nasional (NBS) dijadwalkan untuk merilis laporan sensus penduduk yang dilakukan setiap 10 tahun sekali pada April ini. Sensus telah dilakukan sejak tahun lalu.

Mengutip sumber Financial Times pada Selasa (27/4) menyebut angka populasi sangat sensitif dan tidak akan dipublikasikan hingga departemen pemerintah memiliki konsensus mengenai data dan implikasinya.

"Jika China mengonfirmasi penurunan seperti itu, itu akan menjadi masalah besar," ujar kepala ekonom di Pinpoint Asset Management yang berbasis di Shenzhen, Zhiwei Zhang.

"Konsensus memperkirakan populasi China akan mencapai puncaknya pada 2027, berdasarkan proyeksi yang dibuat oleh PBB. Ini akan jauh lebih awal dari perkiraan pasar dan pembuat kebijakan," tambahnya.

Dalam beberapa bulan terakhir, media pemerintah China mengatakan populasi mungkin mulai menyusut dalam beberapa tahun mendatang.

Pada 2016, China membatalkan kebijakan satu anak yang telah dipertahankan selama puluhan tahun. Kemudian menggantikan langkah tersebut dengan kebijakan dua anak.

Ketika itu, pemerintah menargetkan untuk meningkatkan populasi dari 1,34 miliar pada 2010 menjadi 1,42 miliar pada 2020.

Tetapi target tersebut tampaknya akan berbeda dengan kenyataan karena angka kelahiran yang terus menurun.

Penurunan kemungkinan disebabkan oleh tingginya biaya hidup yang membuat pasangan berpikir ulang untuk melahirkan bayi.

Tingkat kelahiran yang menurun dan masyarakat yang cepat menua akan menambah tekanan pada populasi usia kerja dan mencapai produktivitas.

"Proyeksi kami menggunakan angka pra-sensus sudah menunjukkan bahwa tenaga kerja akan menurun 0,5 persen setiap tahun pada tahun 2030, dengan dampak yang sama pada PDB," tulis Capital Economics.

"Pertumbuhan yang lebih lambat akan membuat persaingan dengan Amerika Serikat secara ekonomi lebih sulit. Dan mungkin ada dampak tak berwujud pada posisi global China juga," tambahnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA