Sebagai informasi, sebelumnya pada Selasa (28/4), surat kabar
Financial Times mengatakan bahwa China akan melaporkan bahwa populasinya turun di bawah 1,4 miliar tahun lalu, jika dibandingkan dengan tahun 2019. Penurunan ini akan menjadi penurunan populasi pertama yang terjadi di China dalam lima dekade terakhir.
Kabar itu dimuat
Financial Times dengan mengutip sejumlah sumber yang dekat dengan informasi.
Selang sehari setelah kabar tersebut beredar, Biro Statistik Nasional China mengumumkan bahwa mereka menunda penerbitan hasil sensus penduduk tahun 2020 lalu. Mereka tidak memberikan alasan detil soal penundaan itu selain mengatakan bahwa diperlukan lebih banyak persiapan.
Namun mereka membantah soal spekulasi yang menyebut bahwa populasi China berkurang.
"Menurut pemahaman kami, pada 2020, populasi negara kami terus bertambah," kata biro itu dalam pernyataan singkat, seraya menjelaskan bahhwa angka rinci akan diungkapkan ketika hasil sensus dipublikasikan.
Sementara itu, mmerujuk pada kabar yang dimuat
Channel News Asia, angka kelahiran di negeri tirai bambu terus mengalami penurunan, meskipun kebijakan dua anak telah dicabut pada tahun 2016 dengan harapan dapat meningkatkan jumlah kelahiran bayi.
Pada tahun lalu saja, menurut data Kementerian Keamanan Publik China, angka kelahiran turun 15 persen menjadi 10,035 juta, jika dibandingkan dengan tahun 2019.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: