Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

WHO: Tiga Negara Hadapi Risiko Sangat Tinggi Kebangkitan Covid-19

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 30 April 2021, 07:54 WIB
WHO: Tiga Negara Hadapi Risiko Sangat Tinggi Kebangkitan Covid-19
Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti/Net
rmol news logo Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam pernyataan terbarunya mengatakan bahwa kelelahan pandemi telah menyebabkan orang-orang abai tehadap bahaya Covid-19, merujuk pada kejadian di India dan ancaman kebangkitan virus corona di benua Afrika.

Khusus negara-negara Afrika, WHO memperingatkan bahwa infeksi Covid-19 di sana jumlahnya jauh lebih banyak daripada yang diumumkan. Salah satu penyebabnya antara lain karena rendahnya pengujian dan abainya masyarakat di benua yang sekarang menghadapi risiko tinggi kebangkitan virus.

Mengutip hasil analisisnya baru-baru ini, WHO mengatakan pada Kamis (29/4), bahwa ada sejumlah negara Afrika yang terancam mengalami kebangkitan Covid-19 dengan tingkat risiko yang tinggi

“Tiga negara menghadapi risiko sangat tinggi kebangkitan Covid-19, 20 menghadapi risiko tinggi, 22 risiko sedang, dan hanya satu negara yang menghadapi risiko rendah, menurut penilaian risiko dari 46 negara di Afrika," kata WHO, seperti dikutip dari Anadolu Agency, Jumat (30/4).

“Sebagian besar negara di kawasan (Afrika) mengalami penularan komunitas, namun 31 dari 46 negara yang dianalisis melakukan kurang dari 10 tes per 10.000 orang per minggu dalam empat minggu terakhir,” ungkap WHO.

“Ini menunjukkan bahwa jumlah kasus yang dilaporkan dalam 28 hari terakhir mungkin tidak mencerminkan situasi sebenarnya karena negara-negara terus menargetkan hanya orang dengan gejala untuk pengujian,” tambahnya.

Analisis WHO menunjukkan risiko kebangkitan Covid-19 tetap tinggi di banyak negara Afrika.  

Selain pengujian yang rendah, kepatuhan yang buruk terhadap tindakan kesehatan masyarakat, pertemuan massal seperti demonstrasi politik baru-baru ini di negara-negara seperti Benin, Pantai Gading, Kenya, dan Guinea menyebabkan lonjakan infeksi.

“Dengan lebih dari 4,5 juta kasus yang dikonfirmasi dan lebih dari 120.000 kematian hingga saat ini, benua Afrika belum mengalami lonjakan dalam kasus yang dilaporkan sejak Januari dan kurva epidemi telah stabil selama enam minggu," kata WHO.

“Namun, jumlah kasus yang relatif rendah telah mendorong rasa berpuas diri dan ada tanda-tanda berkurangnya ketaatan terhadap tindakan pencegahan,” lanjutnya.

Direktur Regional WHO untuk Afrika, Matshidiso Moeti selama konferensi pers virtual Kamis, mengatakan tidak seharusnya orang-orang terbuai dengan rasa aman yang semu.
“Lonjakan kasus dan kematian yang menghancurkan di India, dan peningkatan di wilayah lain di dunia, adalah tanda yang jelas bahwa pandemi belum berakhir di negara-negara Afrika. Lonjakan baru infeksi Covid-19 adalah risiko nyata di banyak negara bahkan jika jumlah kasus di kawasan itu dalam beberapa pekan terakhir tampaknya stabil," katanya.

“Memerangi kelelahan Covid-19 tampaknya menjadi pertempuran kunci dalam tanggapan kolektif kita terhadap pandemi,” tambah Moeti.

Moeti menekankan bahwa sebagian besar infeksi Covid-19 baru masih belum terdeteksi di antara kontak yang diketahui.

“Investigasi kelompok kasus dan pelacakan kontak sangat rendah di sebagian besar negara di kawasan ini. Kami harus meningkatkan pengujian termasuk melalui tes diagnostik cepat untuk meningkatkan respons terhadap pandemi," tambah Moeti. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA