Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Teroris Suriah Rudapaksa Gadis Remaja Dan Memaksanya Jadi Pelaku Aksi Bom Bunuh Diri

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 03 Mei 2021, 07:57 WIB
Teroris Suriah Rudapaksa Gadis Remaja Dan Memaksanya Jadi Pelaku Aksi Bom Bunuh Diri
Ilustrasi/Net
rmol news logo Kisah pilu menimpa dua perempuan Suriah, di mana mereka mengaku telah menjadi korban kekerasan seksual oleh kelompok teroris  YPG, milisi Kurdi utama di Suriah.  Tak hanya itu, mereka juga dipaksa menjadi pelaku bom bunuh diri oleh kelompok yang didukung oleh Amerika Serikat tersebut.

NM (27 tahun) dan sepupunya RM (17 tahun) yang tinggal di Distrik Manbij,  ditangkap oleh pasukan keamanan di Afrin di mana mereka dikirim untuk melakukan aksi bom bunuh diri.

NM mengatakan seorang teroris dengan nama sandi Haji menawari mereka uang sebesar 1.500 dolar AS sebagai imbalan untuk mengirimkan barang kepada seseorang di Afrin. Mereka tidak menyadari bahwa barang itu adalah bom.

“Kami awalnya tidak menerimanya karena kami tidak ingin keluar dari Manbij,” katanya, kepada Anadolu Agency..

“Saya tidak menerima tawaran itu dengan alasan anak dan suami saya sakit. Kemudian dia menunjukkan video di teleponnya,” katanya, merujuk pada video yang menunjukkan seorang teroris merudapaksa putri pamannya.

NM mengaku kaget tapi setuju untuk melakukan pengiriman dan kembali pada hari yang sama. Keduanya menyerahkan rompi tebal dan ponsel untuk komunikasi sebelum mereka berangkat ke Afrin.

Menekankan bahwa mereka tidak menyadari dikirim sebagai pelaku bom bunuh diri, NM berkata, "Satu-satunya tujuan kami adalah memberikan barang-barang itu kepada seorang wanita."

Dia mengatakan barang itu ditinggalkan di tengah jalan, seperti perintah. Tetapi tidak ada yang datang untuk mengambil. Juga tidak ada wanita yang dimaksud,

Tak lama, mereka diinstruksikan untuk pergi ke masjid, memencet kancing dan memotong kabel biru di rompi setelah membuka ritsleting.

“Putri paman saya mencoba membukanya tetapi dia tidak bisa. Kemudian pasukan keamanan datang,” katanya. "Kami kemudian menyadari apa yang kami bawa."

Dia mengatakan bahwa mereka tidak akan pernah membawa rompi itu jika mereka tahu bahwa rompi itu berisi bahan peledak.

Sementara itu, RM mengatakan bahwa perkenalannya dengan Haji melalui seseorang bernama Tarik, yang bekerja untuk kelompok teroris itu. Dia mengatakan bahwa Tarik membawanya ke suatu tempat untuk bekerja.

“Ada pria lain di sana. Saya tidak ingin keluar (dari mobil),” akunya.

RM mengatakan dia dipaksa keluar, diperkosa, dan kemudian dipaksa untuk melakukan apa yang mereka katakan.

Dia menambahkan bahwa dia terpaksa menuruti tuntutan teroris karena takut pada keluarganya.

Masyarakat lokal yang tinggal di wilayah yang dikuasai kelompok tersebut telah lama menderita kekejaman YPG, kepanjangan tangan dari Partai Pekerja Kudistan (PKK) yang dianggap oleh Turki sebagai teroris.

Banyak organisasi hak asasi manusia telah mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia oleh YPG termasuk penyiksaan, perekrutan tentara anak-anak dan pembakaran gedung-gedung sipil.

Kelompok itu juga secara sistematis dan paksa mengusir orang Arab dari rumah mereka sejalan dengan kebijakan ‘Kurdifikasi’ mereka di kota-kota tradisional Arab.

PKK, yang juga terdaftar sebagai organisasi teroris oleh AS dan Uni Eropa,  bertanggung jawab atas kematian sedikitnya 40.000 orang, termasuk wanita, anak-anak dan bayi.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA