Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kelompok HAM Protes Konten Bentrokan Sheikh Jarrah Yerusalem Terhapus Dari Semua Medsos, Instagram Sebut Ada Gangguan Teknis

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 08 Mei 2021, 14:25 WIB
Kelompok HAM Protes Konten Bentrokan Sheikh Jarrah Yerusalem Terhapus Dari Semua Medsos,  Instagram Sebut Ada Gangguan Teknis
Konten tentang kerusuhan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur terhapus dari semua media sosial/Net
rmol news logo Kelompok hak asasi manusia dan aktivis menyuarakan keprihatinan bahwa platform media sosial Instagram, Facebook, dan Twitter membungkam suara Palestina dengan menghapus sejumlah postingan tentang bentrokan berdarah di lingkungan Sheikh Jarrah di Yerusalem Timur.

Ratusan orang berbagi tangkapan layar dari akun mereka, berbagi postingan terkait penggusuran paksa keluarga Palestina di Sheikh Jarrah, daerah pemukiman yang berjarak kurang dari satu kilometer dari tembok Kota Tua Yerusalem.

Namun, ketika aksi demonstrasi yang dilakukan puluhan ribu warga berubah menjadi bentrokan berdarah dengan aparat yang bertindak brutal, postingan itu mendadak hilang. Beberapa akun malah diblokir.

Aksi protes meningkat pada Kamis (6/5) setelah Mahkamah Agung Israel memerintahkan keluarga Iskafi, Kurdi, Jaouni, dan Qasim, yang terdiri dari 30 orang dewasa dan 10 anak-anak - mengungsi dari rumah mereka.

Mahmakah Agung menyetujui penggusuran paksa yang belakangan dikecam keras orang Palestina. Mereka pun berunjuk rasa.

Keluarga Palestina telah berulang kali menolak kesepakatan apa pun dengan pemukim Israel yang mengklaim kepemilikan properti, menolak untuk mengakui validitas tuntutan mereka. Aksi solidaritas pun bergema. Dengan dua hari berturut-turut melancarkan aksi protes yang kemudian berubah menjadi bentrokan mengerikan.

Aparat menangkap para pengunjuk rasa. Menambah kemarahan warga yang akhirnya membentuk kesepakatan untuk berunjuk rasa di komplek masjid Al Aqsa setelah selesai melaksanakan ibadah Taraweh.

Aksi unjuk rasa yang dihalau oleh petugas kembali pecah menjadi bentrokan. Aparat menggunakan kekerasan untuk melemahkan para pendemo.

Di seluruh dunia, ratusan orang telah menggunakan tagar #SaveSheikhJarrah di media sosial untuk menarik perhatian terhadap aks protes dan penggusuran tersebut.

Mona Shtaya, manajer advokasi lokal di 7amleh, sebuah organisasi yang berfokus pada kemajuan dan perlindungan hak digital Palestina, mengatakan penghapusan postingan media sosial akan memiliki implikasi besar, terutama bagi aktivis yang menggunakan media sosial untuk mendokumentasikan pelanggaran hak asasi manusia.

"Berbagai konten telah dihapus, di berbagai platform. Kami telah memantau dan mendokumentasikan bahwa postingan gambar telah dihapus dari Instagram," katanya kepada Middle East Eye.

Shtaya menuduh bahwa penghapusan postingan media sosial adalah upaya sistematis untuk mengejar dan menghapus konten Palestina, dengan tujuan membungkam suara warga Palestina.

Sementara, dari pihak Instagram mengatakan bahwa terjadi masalah teknis yang memengaruhi platform.

"Kami tahu bahwa beberapa orang mengalami masalah saat mengupload dan melihat cerita. Ini adalah masalah teknis global yang tersebar luas yang tidak terkait dengan topik tertentu dan kami sedang memperbaikinya sekarang. Kami mohon maaf atas semua yang terkena dampak," kata pihak Instagram.

Banyak aktivis tetap tidak yakin dengan tanggapan platform, menyatakan bahwa itu tetap menjadi masalah yang sedang berlangsung

Beberapa pengguna media sosial mengatakan postingan mereka dihapus dengan catatan yang ditinggalkan; 'perkataan yang mendorong kebencian'.

Menurut Shtaya, beberapa aktivis juga dihapus postingannya setelah menerima pemberitahuan yang mengatakan bahwa mereka telah 'melanggar standar komunitas'.  Hal yang tidak masuk akal, menurutnya.

Middle East Eye menghubungi Instagram, yang menegaskan kembali bahwa konten yang dihapus terkait Sheikh Jarrah disebabkan oleh masalah teknis yang meluas, dan bahwa penutur asli bahasa Arab di tim mereka sering meninjau konten bahasa Arab untuk memastikan semua faktor.

Marwa Fatafta, manajer kebijakan Timur Tengah dan Afrika Utara di Access Now, sebuah organisasi hak digital, mengatakan kepada Middle East Eye bahwa sebagian besar konten yang dihapus adalah dokumentasi serangan pemukim Israel dan tindakan keras kebijakan terhadap pengunjuk rasa. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA