Dalam sebuah wawancara yang dikutip dari
Sputnik pada Selasa (11/5), Guterres menyoroti buruknya nasionalisme vaksin oleh sejumlah negara kaya. Akibatnya banyak negara yang belum mendapatkan akses terhadap vaksin.
"Beberapa negara memvaksinasi populasinya dengan sangat cepat, tetapi kami masih memiliki sejumlah negara yang belum menerima satu dosis pun, dan di dunia berkembang, secara umum, kami melihat kesenjangan dramatis dalam kaitannya dengan vaksinasi," ujar Guterres.
"Jadi nasionalisme vaksin adalah kesalahan besar," tegasnya.
Untuk itu, Guterres berharap, semua produsen vaksin besar dapat bergabung dalam upaya global untuk mewujudkan vaksinasi yang dapat menjangkau semua orang di mana pun.
"Jelas bagi saya produksi vaksin dunia harus berlipat ganda untuk memenuhi semua kebutuhan, dan untuk itu diperlukan kerjasama dari berbagai negara yang memiliki kapasitas produksi vaksin," jelas Guterres.
Menurut Guterres, PBB telah mengadvokasi dukungan untuk fasilitas COVAX yang bertujuan mencapai pemerataan vaksin Covid-19 ke negara-negara berkembang.
Namun, ia menyebut, fasilitas COVAX tidak hanya masih kekurangan dana 22 miliar dolar AS, tetapi juga menghadapi masalah pasokan yang disebabkan oleh pembatasan ekspor yang diberlakukan oleh berbagai negara.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.