Menteri Ekonomi Yaruyoshi Nishimura pada Jumat (14/5) mengumumkan, tiga prefektur akan bergabung bersama Tokyo, Osaka, dan empat prefektur lainnya untuk menerapkan keadaan darurat hingga 31 Mei.
Tiga prefektur tersebut adalah Hokkaido, Okayama, dan Hiroshima.
Pada awalnya, pemerintah berencana memberlakukan status "semi-darurat" untuk lima prefektur. Namun rencana berubah ketika melakukan pertemuan dengan para ahli.
"Ada berbagai pandangan yang diungkapkan dalam pertemuan (dengan para ahli). Berdasarkan pandangan itu, kami mencabut proposal awal kami dan membuat proposal baru dan mendapat persetujuan untuk itu," ujar Nishimura, seperti dikutip
Reuters.
Dengan langkah terbaru ini, maka terdapat 19 dari 47 prefektur Jepang atau mencakup 70 persen populasi, yang akan berada dalam keadaan darurat.
Artinya, mereka berada di bawah batasan yang mencakup penutupan tempat makan pada pukul 8 malam, serta larangan alkohol di bar dan restoran.
Upaya keras dilakukan oleh Jepang untuk menghentikan penyebaran virus, di tengah lambatnya program vaksinasi. Hingga saat ini saja, Jepang baru memvaksinasi 3 persen dari penduduknya.
Selain itu, dalam waktu 10 pekan ke depan, Jepang akan mengadakan Olimpiade Tokyo yang telah ditunda setahun dari 2020 karena pandemi.
Penyelenggaraan Olimpiade Tokyo sendiri kembali memicu kontroversi. Di change.org, muncul petisi pembatalan Olimpiade Tokyo yang telah ditandatangani lebih dari 350 ribu tanda tangan.
Prefektur pulau utara Hokkaido, yang akan menjadi tuan rumah acara maraton, melaporkan rekor 712 kasus pada Kamis (13/5), sementara Tokyo memiliki 1.010 kasus.
Secara nasional, Jepang telah mencatat sekitar 656 ribu kasus, dengan 11.161 kematian.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: