Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pemain E-sport Thailand Meninggal Karena Covid-19, Pihak Keluarga Gugat PM Prayut Chan-o-cha Sebesar Rp 2 Miliar

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 15 Mei 2021, 17:10 WIB
Pemain E-sport Thailand Meninggal Karena Covid-19, Pihak Keluarga Gugat PM Prayut Chan-o-cha Sebesar Rp 2 Miliar
Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha/Net
rmol news logo Keluarga seorang pemain e-sports Thailand yang meninggal karena Covid-19 menggugat Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha dan pejabat lainnya sebesar 4,5 juta baht (sekitar 2 miliar rupiah).
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pihak keluarga almarhum meyalahkan ketidakmampuan pemerintah melakukan penanganan tepat waktu sehingga meyebabkan nyawa anggota keluarga mereka tak tertolong.

Kakak korban, Kulachet Wattanaphon mengajukan gugatan tersebut ke Pengadilan Administratif pada Jumat (14/5). Dia menyebut Jenderal Prayut dan Pusat Administrasi Situasi Covid-19 telah gagal menanggapi permintaan bantuan dari adik laki-lakinya, Kunlasub, yang meninggal akibat Covid-19 di rumah sakit pada 23 April lalu.

Sebelum meninggal, Kunlasub, pionir dan pesaing e-sports lokal yang terkenal, memposting pesan di halaman Facebook-nya pada 17 April yang mengatakan bahwa dia melakukan karantina sendiri karena dia takut tertular virus corona setelah jatuh sakit pada 14 April. Dia mencoba mengatur tes tapi semua nomor hotline yang dia hubungi sibuk, tulisnya saat itu, seperti dikutip dari Bangkok Post, Sabtu (15/4).

Kemudian pada 20 April, dia memutuskan untuk menyiarkan langsung kisah penderitaannya yang semakin putus asa di Facebook.

“Saya benar-benar ingin didiagnosis dan saya pikir saya mungkin tidak akan selamat,” katanya dalam pesan emosional.

Dia mengatakan gejalanya parah dan dia tidak bisa mengemudi ke rumah sakit. Dia tidak ingin naik taksi karena dia tidak ingin mengambil risiko menyebarkan penyakit.

Setelah videonya menarik perhatian publik, dia kemudian dirawat di rumah sakit pada 21 April, tetapi virus telah menyerang paru-parunya dan dia dinyatakan meninggal pada 23 April.

"Seandainya saudara saya menerima perawatan segera, dia tidak akan meninggal," kata Kulachet di pengadilan pada hari Jumat.

Dia mengatakan semua nomor hotline yang dipanggil adik laki-lakinya tidak dapat dihubungi atau menawarkan bantuan segera.

Banyak orang, terutama warga Bangkok, mengeluh bulan lalu tentang sulitnya mengatur tes Covid. Permintaan untuk uji coba melonjak saat gelombang baru yang dimulai di tempat hiburan kelas atas di ibu kota menyebar dengan cepat.

Pengacara korban, Ekkarat Tapananon mengatakan kliennya mencari keadilan atas kehilangan salah satu pencari nafkah dalam keluarga.

“Ini bukan tentang kritik terhadap operasi tersebut. Itu hak keluarga untuk mencari ganti rugi atas kerusakan," katanya.

Pengadilan akan memutuskan dalam 30 hari setelah kasus diajuian, apakah akan menerima kasus tersebut atau tidak. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA