Hal ini diketahui merupakan bagian dari upaya untuk mengatasi ketidaksetaraan sosial yang mengakar yang memicu protes mematikan pada tahun 2019 lalu.
Tercatat ada sekitar 14 juta orang yang berhak memberikan suara pada akhir pekan ini.
Pemilu ini dianggap oleh banyak orang sebagai pemilu paling penting di Chili sejak negara tersebut kembali ke demokrasi 31 tahun lalu.
Menurut Layanan Pemilihan Negara, pada hari pertama pemungutan suara kemarin, tercatat ada lebih dari tiga juta orang, atau sekitar 20,4 persen pemilih yang memberikan suara mereka.
“Saya berharap kita memiliki konstitusi yang menangkap jiwa bangsa kita,†kata Presiden Sebastian Pinera usai memberikan suara di ibu kota Santiago, seperti dikabarkan
Al Jazeera.
Diketahui bahwa konstitusi Chili berasal dari tahun 1980, yang diberlakukan pada puncak pemerintahan diktator Augusto Pinochet tahun 1973-1990. Konstitusi tersebut kerap disalahkan karena dianggap menghalangi kemajuan yang adil di negara yang digolongkan sebagai salah satu negara yang paling tidak setara di antara negara-negara ekonomi maju.
Ketidaksetaraan ini adalah salah satu pendorong utama protes Oktober 2019. Protes tersebut. berujung pada langkah pemerintah Chili yang menyetujui referendum tentang konstitusi baru.
Semula, pemungutan suara dijadwalkan pada April 2020 namun tertunda karena pandemi virus corona. Akhirnya pemungutan suara berlangsung pada 25 Oktober tahun lalu.
Hasilnya, 80 persen masyarakat memilih konstitusi baru yang akan dibuat oleh sebuah badan yang seluruhnya terdiri dari anggota terpilih, yang kini dinamai Majelis Konstituante.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: