Data Asosiasi Bantuan untuk Tahanan Politik (AAPP) per Senin (17/5) menunjukkan, 802 orang tewas dalam kekerasan yang dilakukan oleh junta sejak kudeta pada 1 Februari lalu.
AAPP juga menyebut sekitar 4.120 orang ditahan, termasuk 20 di antaranya telah dijatuhi hukuman mati.
"Ini adalah jumlah yang diverifikasi oleh AAPP, jumlah kematian sebenarnya kemungkinan besar jauh lebih tinggi," kata AAPP, seperti dikutip
Reuters.
Dari jumlah tersebut, enam korban jatuh dalam aksi protes terbaru di negara bagian Chin, kota Mandalay, dan Yangon.
Sulitnya mendapatkan informasi yang valid dan independen membuat verifikasi korban terhambat.
Sebelumnya, junta sendiri memperdebatkan jumlah warga sipil yang tewas dalam aksi protes. Mereka juga berdalih puluhan anggota pasukan keamanan berguguran selama protes.
Pada Selasa (18/5), Majelis Umum Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) menunda pemungutan suara terkait draf resolusi untuk menyerukan embargo senjata ke Myanmar.
Belum diketahui kapan pemungutan suara akan dijadwalkan ulang.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: