Akibat pernyataan kontroversialnya tersebut, Wehbe diperkirakan akan mengundurkan diri dari jabatannya pada pada minggu ini, demikian dikatakan seorang pejabat senior Kementerian Luar Negeri Lebanon pada Selasa (18/5) malam waktu setempat.
Wehbe, yang saat ini menjabat sebagai menteri luar negeri dalam kapasitas sebagai pengurus, melontarkan kecaman sembrono terhadap Arab Saudi dan Teluk selama wawancara televisi dengan Al-Hurra pada hari Senin.
"Menyusul reaksi publik dari pejabat Lebanon, politisi dan publik, Wehbe sekarang "mungkin akan mengumumkan bahwa dia mengundurkan diri," kata pejabat kementerian itu kepada
Al Arabiya.
Pada hari Selasa, Arab Saudi, Uni Emirat Arab, Bahrain, dan Kuwait memanggil duta besar Lebanon ke negara masing-masing karena pernyataan Wehbe tersebut.
Dewan Kerjasama Teluk menuntut permintaan maaf resmi dari Wehbe atas komentarnya.
Hubungan Beirut dan negara Teluk telah lama tegang karena pengaruh dan peran Hizbullah yang meningkat di lembaga-lembaga negara setelah terpilihnya Presiden Michel Aoun, sekutu kelompok yang didukung Iran, pada tahun 2016.
Aoun menunjuk Wehbe menjadi menteri luar negeri setelah Nassif Hitti mengundurkan diri sehari sebelum ledakan dahsyat di Beirut karena frustrasinya dengan pemerintah Hassan Diab.
Seminggu setelah menggantikan Hitti, Wehbe menjadi menteri sementara setelah pengunduran diri Diab.
Tidak jelas siapa yang nantinya akan menggantikan Wehbe, yang merupakan penasihat diplomatik Aoun sebelum ditunjuk untuk memimpin kebijakan luar negeri Lebanon.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: