Namun pendapat berbeda disampaikan oleh Perdana Menteri Norwegia Erna Solberg. Ia justru mengakui operasi militer asing selama dua dekade di Afghanistan gagal memberikan hasil solusi damai.
"Pelajaran penting dari Afghanistan adalah bahwa konflik tidak dapat diselesaikan secara militer," ujar Solberg, seperti dikutip
Sputnik, Rabu (19/5).
Awal tahun ini, Presiden AS Joe Biden menyatakan bahwa semua pasukan Amerika akan meninggalkan Afghanistan pada 11 September, dan negara-negara NATO lainnya mengikutinya.
Pasukan Norwegia yang terdiri dari 95 orang dijadwalkan pulang, dengan penarikan resmi telah dimulai pada 1 Mei.
Sebanyak 9.200 prajurit Norwegia telah bertugas di Afghanistan. Sepuluh tentara tewas saat menjalankan tugas, dan dua warga sipil Norwegia kehilangan nyawa mereka sehubungan dengan perang tersebut.
Solberg mengatakan, sejak 2001, Norwegia telah menghabiskan setidaknya hampir 1,5 miliar dolar AS.
"Sayangnya, ini jauh dari negara yang stabil dan masyarakat yang damai dan demokratis," kata Solberg.
Ia juga memperingatkan risiko yang terkait dengan penarikan internasional besar-besaran.
"Pada saat yang sama, saya harus jujur ​​bahwa ada risiko penarikan yang signifikan sebelum ada kesepakatan damai antara pihak-pihak Afghanistan," jelasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: