Lenderking mengatakan hal itu dalam sebuah wawancara bersama media, Kamis (20/5) waktu setempat. Ini menjadi pertanda baru frustasinya Washington atas sikap tidak positif yang ditunjukkan kelompok yang didukung Iran itu.
"Amerika Serikat tidak puas dengan tindakan Houthi," kata Lenderking kepada wartawan selama panggilan telepon, seperti dikutip dari
Al-Arabiya.
Lenderking, yang telah melakukan lima perjalanan ke kawasan itu sejak ditunjuk oleh Biden, mengatakan bahwa AS menjatuhkan sanksi kepada kedua pejabat tersebut untuk menunjukkan kepada masyarakat internasional bahwa Washington "memang memiliki pengungkit untuk menekan."
Selama perjalanan terakhir diplomat AS ke wilayah tersebut, Houthi menolak untuk bertemu dengan Utusan Khusus PBB Martin Griffiths.
Lenderking, sekali lagi, memarahi kelompok tersebut karena menolak pertemuan. Ditanya apakah dia bertemu dengan Houthis, Lenderking tidak mengatakan kapan pertemuan terakhirnya dengan kelompok yang sebelumnya ditunjuk masuk sebagai golongan teroris.
"Seperti yang Anda ketahui, kami telah bertemu dengan Houthi selama bertahun-tahun, pada sejumlah kesempatan dan pada level yang berbeda," katanya.
"Yang pasti, tidak ada batasan dari administrasi dalam pertemuan saya dengan mereka, dan saya menganggap keterlibatan yang konstruktif itu," jelas Lenderking.
Meskipun AS 'keluar dari jalannya' untuk mengirim sinyal kuat ke Houthi bahwa mereka ingin menjadi konstruktif di Yaman, Lenderking menyuarakan rasa frustrasinya dengan perilaku kelompok tersebut.
"Houthi tidak menang di Marib," katanya, merujuk pada serangan kelompok itu di salah satu benteng terakhir pemerintah Yaman di utara.
"Jika tidak ada serangan, jika ada komitmen untuk perdamaian, jika semua pihak muncul untuk berurusan secara konstruktif dengan utusan PBB, tidak perlu ada penunjukan (sanksi)," kata Lenderking.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: