Hal itu terungkap saat Wu melakukan wawancara bersama PBS dalam podcast mereka yang disiarkan pada Rabu (26/5).
Dalam acara tersebut, Wu menunjukkan bahwa tahun lalu Angkatan Udara Tentara Pembebasan Rakyat (PLA) melakukan sekitar 2.900 serangan mendadak di dekat Taiwan, dan banyak di antaranya melintasi garis median Selat Taiwan.
Wu mengklaim Beijing menggunakan Taiwan sebagai kambing hitam untuk mengalihkan perhatian dari kegagalan domestiknya sendiri, itulah sebabnya mengapa mereka meningkatkan operasi militernya di daerah tersebut.
“Beijing juga mencoba untuk ‘memeras’ Taiwan dari organisasi internasional dan memblokirnya untuk mendapatkan pengakuan internasional,†ujarnya, seperti dikutip dari
Taiwan News, Kamis (27/5).
Menteri luar negeri juga mengatakan China terlibat dalam perang kognitif, menggunakan serangan siber dan disinformasi untuk mengganggu proses demokrasi Taiwan dengan mencoba menimbulkan ketegangan antara pemerintah dan publik atau menciptakan ketidakpercayaan antara Taipei dan Washington.
Ketika ditanya apakah Taiwan semakin baik dalam mempertahankan diri, Wu mengatakan kemampuan pertahanan negara itu meningkat, tetapi dia mengakui kesenjangan yang besar dalam kekuatan militer antara Taiwan dan China.
“Oleh karena itu, kami menilai jenis situasi yang kami perlukan dan berusaha mempersiapkan diri untuk itu,†katanya.
“Kami memahami tanggung jawab kami sendiri sebagai negara garis depan yang menjaga dari perluasan otoritarianisme,†tambahnya.
Mengenai hubungan strategis Taiwan-AS, Wu mengatakan bahwa tingkat pertukaran bilateral dalam masalah militer dan pertahanan belum pernah terjadi sebelumnya. AS semakin serius dengan situasi di Selat Taiwan, klaimnya.
Wu mencontohkan bahwa baru-baru ini, kapal Angkatan Laut Amerika berpatroli di dekatnya atau berlayar melalui selat setidaknya sebulan sekali. Dia menggambarkan ini sebagai "tekad yang sangat kuat dari Amerika Serikat untuk menunjukkan kehadirannya."
Lebih lanjut, dia mengatakan pemerintahan Biden telah meyakinkan Taiwan bahwa hubungannya telah kuat, memberikan dukungan verbal kepada bangsa, dan mendorong negara-negara yang berpikiran sama seperti Australia dan Korea Selatan serta Jepang dan negara-negara G7 lainnya untuk melakukan hal yang sama.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: