Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kebuntuan Pemerintahan Baru Di Lebanon Disebabkan Oleh Faktor Internal, Bukan Intervensi Asing

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Senin, 31 Mei 2021, 07:01 WIB
Kebuntuan Pemerintahan Baru Di Lebanon Disebabkan Oleh Faktor Internal, Bukan Intervensi Asing
Mohammad Fneich/Net
rmol news logo Mantan menteri dari Hizbullah, Mohammad Fneich, mengungkapkan pandangannya, bahwa kegagalan membentuk pemerintahan baru di Lebanon adalah karena faktor internal. Kegagalan itu akan memperburuk krisis ekonomi Lebanon dan mengancam masa depan semua rakyatnya.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

"Kebuntuan pemerintah Lebanon disebabkan oleh faktor internal, itu saja. Dan tidak ada hubungannya dengan intervensi asing," kata Fneich, seperti dikutip dari Mehr, Minggu (30/5), saat ia berbicara dalam seminar politik di Lebanon selatan.

Fneich mengatakan, Hizbullah dan Ketua DPR, Nabih Berri, telah mengerahkan semua upaya yang mungkin untuk mengatasi kesulitan.

Pada Oktober tahun lalu, Berri bahkan membacakan salinan perjanjian kerangka kerja, yang dia tekankan sebagai 'bukan yang terakhir'.

"Kesepakatan kerangka kerja ini membuka jalan bagi negosiator Lebanon, yang akan menjadi tentara Lebanon dengan kepemimpinan yang efisien dan perwira khususnya, disponsori oleh presiden Lebanon dan pemerintah masa depan mana pun," kata Berri ketika itu.

Fneich juga menyinggung soal konflik di kawasan yang menurutnya terjadi atas plot AS,  bukan hanya dengan Israel.
Israel dan Lebanon telah lama terlibat dalam beberapa konflik, salah satunya soal batas yang tumpang tindih di Laut Mediterania timur, dan penyelesaian sengketa tersebut akan memungkinkan mereka untuk mengeksploitasi ladang gas alam lepas pantai.

Pasukan Israel menghadapi tentara Lebanon dan kelompok militan Syiah, Hizbullah, pada 2006, yang menewaskan sekitar 1.190 warga Lebanon dan 163 warga Israel. Konflik tersebut berakhir dengan gencatan senjata yang ditengahi PBB.

Negara bertetangga itu secara teknis tetap berperang sejak konflik Arab-Israel tahun 1948-49.

Meskipun tidak ada perbatasan darat yang disepakati di antara mereka, mereka berkomitmen untuk melakukan gencatan senjata di sepanjang apa yang disebut Garis Biru.

Pada Oktober 2020, perwakilan kedua negara bertemu untuk pembicaraan perbatasan.

Dalam kesempatan itu, Fneich juga menyoroti tentang demo besar-besaran yang terjadi di seluruh negeri dan banyak negara di dunia untuk mendukung perjuangan Palestina.
Fneich bergabung dengan barisan Hizbullah segera setelah partai itu dibentuk, di mana dia memegang beberapa posisi penting. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA