Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kekerasan Terhadap Nakes Di India Meningkat, Asosiasi: Pemerintah Harus Bertanggung Jawab!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 03 Juni 2021, 08:44 WIB
Kekerasan Terhadap Nakes Di India Meningkat, Asosiasi: Pemerintah Harus Bertanggung Jawab<i>!</i>
Petugas kesehatan di India beristirahat dengan alat pelindung diri/Net
rmol news logo Kekerasan dan pelecehan terhadap tenaga kesehatan di India meningkat secara drastis di tengah tingginya penyebaran virus corona. Fenomena tersebut memicu ketakutan di kalangan profesional medis.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Asosiasi Medis India (IMA) pada Rabu (2/6) menyebut, sebanyak 594 dokter telah meninggal selama India dilanda gelombang kedua Covid-19.

Meningkatnya kekerasan terhadap dokter, yang dibiasanya dilakukan oleh kerabat pasien, telah menambah trauma tersendiri bagi para tenaga kesehatan yang sudah tertekan menghadapi pandemi.

Menurut temuan sebuah studi oleh IMA, lebih dari 75 persen dokter di India telah menghadapi setidaknya beberapa bentuk kekerasan dan lebih dari 68 persen insiden telah dilakukan oleh peserta atau kerabat pasien.

IMA sendiri telah mengimbau Menteri Dalam Negeri Amit Shah untuk segera memberlakukan UU yang efektif dan kuat dalam menentang kekerasan terhadap tenaga kesehatan.

Diberitakan oleh Sputnik, seorang dokter di pusat penanganan Covid-19 di Kota Hojai dipukuli habis-habisan dengan tong sampah logam dan batu bara oleh kerabat pasien Covid-19 yang meninggal karena kekurangan oksigen pada Selasa (1/6).

Dokter yang juga diserang warga itu kini dirawat di rumah sakit, dan sudah berada dalam kondisi yang stabil. Sementara itu, video klip kejadian tersebut beredar di media sosial.

Sehari sebelumnya, seorang dokter di kota Tarikere Chikkamaguluru diserang setelah pasien demam berdarah berusia 6 tahun meninggal dunia. Empat orang ditangkap dan didakwa dengan percobaan pembunuhan setelah serangan itu.

Beberapa dokter mengatakan, meskipun bekerja tanpa lelah selama pandemi, mereka diperlakukan dengan cara yang tidak dapat diterima.

"Saya memahami kemarahan publik, mereka mendatangi kami untuk membantu mereka, tetapi ketika orang yang mereka cintai meninggal tentu saja mereka akan marah. Wajar bagi orang untuk memiliki perasaan marah itu," ujar Presiden IMA, Dr. Jayalal.

"Namun itu adalah tanggung jawab pemerintah untuk memastikan perlindungan para dokter dan staf medis lainnya," tambahnya.

Menurut Jayalal, para pelaku harus segera ditindak dan keamanan di sekitar rumah sakit harus ditingkatkan.

Seorang psikiater senior Dr. Zirak Marker mengatakan, para tenaga kesehatan berisiko mengalami trauma dan stres tingkat tinggi dengan jam kerja yang panjang, kelelahan, kurang istirahat dan tidur, menghadapi komplikasi, ketidakpastian, hingga kesulitan menghadapi kerabat.

Ia mengatakan harus disadari bahwa tenaga kesehatan adalah manusia yang memiliki perasaan, sama seperti orang lain.

"Mereka bukan manusia super atau dewa yang dapat mengendalikan setiap situasi tertentu," pungkasnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA