Kekecewaan itu diungkap oleh Menteri Luar Negeri Singapura Vivian Balakrishnan usai melakukan Pertemuan Khusus Menteri Luar Negeri ASEAN dan China di Chongqing, China pada Senin (7/6).
Balakrishnan mengatakan, ASEAN perlu bersatu untuk menghentikan kekerasan, pembebasan tahanan politik, dan negosiasi di antara pihak-pihak bertikai.
Para pemimpin ASEAN sendiri telah menyepakati 5 poin konsensus untuk penyelesaian krisis di Myanmar. Salah satunya termasuk penunjukkan utusan khusus ASEAN ke Myanmar.
Namun Balakrishnan mengatakan, penunjukkan utusan khusus ASEAN hanya dapat dilakukan jika ada keinginan yang tulus dari Myanmar untuk melakukan dialog, negosiasi, dan rekonsiliasi.
"Sejujurnya, kami kecewa dengan kemajuan yang lambat. Sangat, sangat lambat," ujarnya, seperti dimuat
Channel News Asia.
"Sayangnya, kita tahu bahwa masih ada warga sipil yang terluka atau terbunuh. Tidak ada pembebasan tahanan politik, tidak ada tanda-tanda nyata dari dialog dan negosiasi politik yang berarti. Jadi kita harus menjaga ruang ini," tambahnya.
Balakrishnan menekankan, peran utama ASEAN bukanlah untuk ikut campur, karena pada akhirnya, hanya rakyat Myanmar yang dapat menentukan masa depannya.
“Tetapi ASEAN siap membantu, mendukung, memfasilitasi mediasi jika memungkinkan, tetapi kami harus menunggu. Mengecewakan tapi jangan putus asa,†pungkasnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: