Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kisah Keluarga Muslim Pakistan Yang Tewas Dalam Serangan Tabrak Lari Bermotif Kebencian Di Kanada

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 09 Juni 2021, 16:06 WIB
Kisah Keluarga Muslim Pakistan Yang Tewas Dalam Serangan Tabrak Lari Bermotif Kebencian Di Kanada
Kerabat meletakkan bunga di TKP di mana keluarga Muslim asal Pakistan menjadi target tabrak lari yang konon dilatari kebencian/Net
rmol news logo Kisah tragis baru-baru ini dialami satu keluarga Muslim asal Pakistan di London, Ontario, yang tewas akibat serangan truk yang menurut keterangan polisi dilakukan dengan sengaja. Ada motif kebencian karena mereka adalah keluarga Muslim, menurut aparat.

Dikenal bersahaja, keluarga Pakistan ini tiba di Kanada pada tahun 2007, siap bekerja keras untuk memulai hidup baru bagi bayi perempuan mereka.

Salman Afzaal (46) dan istrinya Madiha Salman (44), dan ibu Salman, Talat Afzaal, tidak memiliki kerabat dekat di Kanada, tetapi tetangganya Halema Khan mengatakan kepada CBC News bahwa mereka menjadi dekat dengan keluarganya.

Pasangan Salman dan Madiha, juga putri mereka Yumna Afzaal (15) dan ibu Salman yang berusia 74 tahun, tewas pada Minggu (6/6) setelah sebuah truk hitam dengan sengaja menabrak mereka saat sedang berjalan-jalan sore. Fayez yang berusia sembilan tahun selamat dan saat ini mendapat perawatan di rumah sakit.

"Kami selalu besama dalam kebahagiaan satu sama lain, begitu juga dalam kesedihan, selalu bersama-sama," kata Khan.

"Itu bukan perjalanan yang mudah bagi mereka, tetapi mereka berhasil," kata Khan, bersama kedua anaknya, saat mengunjungi lokasi kejadian untuk mengenang tetangganya itu.

"Mereka bekerja siang dan malam. Mereka kerap berbagi kepada masyarakat, bukan hanya untuk komunitas Muslim, tetapi juga untuk komunitas Kanada secara umum," kenangnya.

"Pasangan itu, anak-anak mereka dan ibunya punya kebiasaan baru selama Covid-19, termasuk jalan-jalan malam," kata Ahmed Hegazy, seorang teman keluarga.

"Anak-anak mereka adalah tipe anak-anak yang Anda inginkan untuk dijadikan teman untuk anak-anak Anda," kata Hegazy.

Di tengah pandemi, ada kebiasaan baru yang dilakukan orang-orang di Kanada, yaitu jalan-jalan di malam hari. Keluarga Salman termasuk yang menyukai rutinitas baru ini.

"Sedikit yang mereka tahu bahwa ini akan menjadi ;jalan-jalan' terakhir mereka," ungkap Hegazy.

Polisi telah mendakwa seorang pria berusia 20 tahun dengan empat tuduhan pembunuhan dan satu tuduhan percobaan pembunuhan dalam peristiwa itu.

Salman dan Madiha adalah pasangan yang serasi. Kepergian mereka beserta anak-anaknya cukup menyentak banyak masyarakat, karena ternyata pasangan itu cukup dikenal luas sebagai orang yang baik.

Madiha Salman (44) dikenal murah hati. Dia adalah sarjana teknik yang cantik dan tengah berjuang meraih gelar PhD-nya.

"Dia bekerja di bidang teknik lingkungan, membesarkan keluarga yang cantik, dan berkontribusi kuat pada jaringan profesional dan komunitasnya," ujar Gerhard, salah satu teman.

Salman Afzaal adalah seorang fisioterapis, memberikan cinta dan perawatan untuk manula yang tinggal di banyak panti jompo di barat daya Ontario.  

"Salman merawat ibu kami, ayah kami, nenek dan kakek kami," kata Jeff Renaud, CEO Ritz Lutheran Villa, salah satu panti asuhan tempat Salman bekerja.

"Jika Anda melihatnya beraksi dengan warga, Anda bisa melihat dia baik dan peduli, penuh kasih dan sangat, sangat berkomitmen untuk mereka, untuk memberikan layanan kepada warga, untuk membantu mereka menjaga mobilitas dan sedikit kemandirian pada kehidupan," ujarnya.

Salman menempuh pendidikan di Universitas Karachi dan lulus pada tahun 1997, menurut catatan publik dari College of Physiotherapists of Ontario.

Putra-putri mereka, Yumna Afzaal (15) dan Fayez (9) adalah anak-anak hebat dan siswa teladan.

Yumna duduk di kelas 9 di Oakridge Secondary School, di mana ia menjadi siswa pada tahun 2020 setelah lulus dari London Islamic School.

Kepala Sekolah Mike Phillips mengatakan bahwa karena Yumna memasuki Oakridge pada bulan September di tengah pandemi, sebagian besar waktunya dihabiskan untuk belajar dari rumah melalui obrolan video. Meski demikian, kata Phillips, ia tetap mampu memberi kesan pada guru-gurunya.

Siswa di Oakridge merencanakan kampanye pita hijau dan ungu untuk menghormati Yumna: ungu karena itu adalah warna favorit Yumna, hijau untuk mewakili sikap melawan Islamofobia.  rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA