Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Boris Johnson Dan Scott Morrison Capai Kesepakatan Perdagangan Bebas Baru, Bikin Khawatir Para Petani Inggris

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Rabu, 16 Juni 2021, 08:15 WIB
Boris Johnson Dan Scott Morrison Capai Kesepakatan Perdagangan Bebas Baru, Bikin Khawatir Para Petani Inggris
Perdana Menteri Australia Scott Morrison, kiri, dan pemimpin Inggris Boris Johnson mengumumkan kesepakatan perdagangan di Taman Downing Street Selasa 15 Juni 2021/Net
rmol news logo Perdana Menteri Inggris Boris Johnson mengumumkan kesepakatan perdagangan bebas baru dengan mitranya dari Australia Scott Morrison pada Selasa (15/6) pagi waktu setempat.

Berlokasi di Taman Downing Street, London, ini menjadi kesepakatan pertama Inggris yang dibangun sejak Brexit.

Dengan kesepakatan baru tersebut, nantinya produk Inggris seperti wiski Scotch dan mobil akan lebih murah dijual ke Australia. Ini juga memungkinkan petani Australia untuk melakukan ekspor bebas tarif ke Inggris selama 15 tahun ke depan.

"Kami saling membuka diri dan ini adalah awal dari keterbukaan lebih lanjut di seluruh dunia," kata Johnson, seperti dikutip dari Reuters, Rabu (16/6).

Morrison menyambut baik kesepakatan tersebut. Ia bahkan menyebut itu sebagai yang paling ambisisus yang dibuat negaranya.

"Ini adalah perjanjian paling komprehensif dan ambisius yang telah dibuat Australia," ujarnya.

Namun, kesepakatan perdagangan tersebut dilaporkan tidak terlalu disambut baik para petani yang tergabung dalam Serikat Petani Nasional Inggris.

Mereka khawatir kesepakatan itu akan membuka jalan bagi Australia untuk mengekspor domba dan daging sapi murah ke Inggris, yang artinya meremehkan produsen Inggris.

Produser daging sapi Sussex, David Exwood, mengatakan, kesepakatan itu bisa menjadi ancaman besar terhadap semua pekerjaan yang telah dilakukan petani Inggris untuk keanekaragaman hayati, (emisi) karbon, dan kesejahteraan hewan.

"Membawa daging sapi dan produk lain dalam jumlah tak terbatas yang tidak dapat kita harapkan, ini menjadi persaingan dan dapat sepenuhnya merusak pasar kita," ungkapnya.

Exwood menjalankan usaha pertanian campuran dengan tanaman dan sapi potong di wismanya, satu jam berkendara ke selatan London.

Ladang dan kawanan ternak Inggris lebih kecil jika dibandingkan dengan skala pertanian Australia, menurutnya.

"Caranya benar-benar berbeda. Skala, ukuran, biaya, metode produksinya benar-benar berbeda (di Australia) dari apa yang kami lakukan di sini di Inggris," jelas Exwood.

Exwood mengatakan kesepakatan itu akan memberi warga Australia akses ke pasar Inggris yang sangat dicari.

"Jika Australia berselisih dengan salah satu pengekspor utamanya, Australia bisa mengalihkannya ke tempat lain," dia memperingatkan.

"Dengan kuota nol tak terbatas dan tarif nol, mereka tiba-tiba bisa mengalihkan banyak produksi ke Inggris dan tidak ada yang bisa saya lakukan untuk itu," ujarnya.

Menteri Perdagangan Inggris Liz Truss menepis kekhawatiran itu, mengatakan kepada BBC bahwa kesepakatan itu justru  menghadirkan peluang bagi para petani Inggris.

Truss menyatakan bahwa pada akhir dekade ini, sebagian besar 'kelas menengah' dunia akan berada di Asia dan mereka akan ingin membeli produk seperti daging sapi dan domba dari Inggris.

Kesepakatan itu adalah kesepakatan perdagangan pasca-Brexit pertama yang sepenuhnya baru bagi pemerintah Inggris sejak meninggalkan Uni Eropa. Kesepakatan lain telah bergulir dari perjanjian sebelumnya.

Inggris berharap untuk menjalin lebih banyak kesepakatan perdagangan dengan negara-negara di kawasan Asia Pasifik.

Ini menargetkan keanggotaan Perjanjian Komprehensif dan Progresif untuk Kemitraan Trans-Pasifik (CPTPP), perjanjian perdagangan antara Australia, Brunei, Kanada, Chili, Jepang, Malaysia, Meksiko, Selandia Baru, Peru, Singapura dan Vietnam. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA