Dalam sebuah pernyataan pada Minggu (20/6), Bennett menyebut pemerintahan Raisi akan menjadi "rezim algojo brutal". Ia juga memperingatkan kekuatan dunia untuk tidak melanjutkan negosiasi kesepakatan nuklir baru.
Menurut Bennett, kemenangan Raisi bukan terjadi karena pemungutan suara yang bebas dan adil, tetapi karena Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei.
"Pemilihan Raisi, menurut saya, adalah kesepakatan terakhir bagi kekuatan dunia untuk bangkit sebelum kembali ke perjanjian nuklir, dan memahami dengan siapa mereka berbisnis," ujar Bennett, seperti dikutip
Reuters.
"Rezim algojo brutal tidak boleh diizinkan memiliki senjata pemusnah massal. Posisi Israel tidak akan berubah dalam hal ini," tambahnya.
Sementara itu, dimuat
Anadolu Agency, Menteri Luar Negeri Israel Yair Lapid menggambarkan Raisi sebagai pemimpin ekstremis.
"Presiden baru Iran, yang dikenal sebagai jagal Teheran, adalah seorang ekstremis yang bertanggung jawab atas kematian ribuan orang Iran. Dia berkomitmen pada ambisi nuklir rezim dan kampanye teror globalnya," kata Lapid.
Raisi merupakan kepala hakim yang telah dikenakan sanksi oleh Amerika Serikat (AS) karena pelanggaran HAM. Ia dinyatakan menang dalam pemilihan presiden pada Sabtu (19/6).
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: