Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Eks Presiden Benigno Aquino Berpulang, Filipina Kibarkan Bendera Setengah Tiang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 24 Juni 2021, 11:27 WIB
Eks Presiden Benigno Aquino Berpulang, Filipina Kibarkan Bendera Setengah Tiang
Mantan Presiden Filipina Benigno Aquino/Net
rmol news logo Gedung-gedung pemerintahan di Manila, Filipina tampak mengibarkan bendera setengah tiang setelah mantan Presiden Benigno Aquino meninggal dunia.

Kabar duka itu disampaikan oleh hakim Mahkamah Agung, Marvic Leonen yang telah diangkat Aquino sejak 2012.

"Dengan kesedihan mendalam, saya mengetahui pagi ini tentang meninggalnya mantan presiden Benigno Aquino. Merupakan suatu kehormatan untuk melayani bersamanya. Dia akan dirindukan," ujar Leonen dalam pernyataan pada Kamis (24/6).

Dari laporan Channel News Asia, Aquino meninggal setelah dirawat di Capitol Medical Center, Kota Quezon. Sejauh ini belum ada pernyataan yang jelas mengenai penyebab pria 61 tahun itu meninggal.

Aquino merupakan presiden Filipina dari 2010 hingga 2016. Dikenal sebagai Noynoy, ia berhasil menghimpun dukungan setelah ibunya, Corazon Aquino, meninggal pada 2009.

Corazon Aquino diketahui merupakan salah satu tokoh demokrasi yang dihormati di Filipina. Ia menjadi presiden dari 1986 hingga 1992.

Ayah Aquino yang memiliki nama serupa, merupakan seorang senator yang menentang keras pemerintahan Ferdinand Marcos. Ia dibunuh ketika dia pulang dari pengasingan politik pada tahun 1983.

Pembunuhan itu mengejutkan bangsa dan membantu mendorong Marcos keluar dari jabatannya dalam revolusi People Power 1986 dan mengantarkan ibunya menjadi presiden.

Aquino adalah putra tunggal dan bekerja di bisnis gula keluarga sebelum memulai karir politiknya pada tahun 1998. Dia adalah anggota Dewan Perwakilan selama tiga periode dari tahun 1998 hingga 2007, mewakili provinsi Tarlac.

Ia diketahui memiliki luka tembak dari percobaan kudeta militer 1987 terhadap pemerintahan ibunya, di mana dia ditembak lima kali dan tiga pengawalnya tewas.

Enam tahun masa jabatan Aquino sebagai presiden tidak lepas dari krisis, termasuk di tahun kelimanya menjabat ketika 44 pasukan komando tewas dalam operasi yang gagal untuk menangkap seorang militan Malaysia yang dicari.

Pada November 2013, Aquino juga harus menghadapi kehancuran setelah Filipina dilanda Topan Haiyan, salah satu topan paling kuat yang pernah tercatat. Topan super itu menewaskan lebih dari 6.000 orang.

Terlepas dari citranya yang baik, Aquino juga terkena skandal penyalahgunaan dana publik oleh anggota parlemen pada tahun yang sama. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA