Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Presiden Turki Mulai Proyek "Gila" Kanal Istanbul

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Minggu, 27 Juni 2021, 15:57 WIB
Presiden Turki Mulai Proyek "Gila" Kanal Istanbul
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengundang sorotan publik setelah dia mengambil langkah pertama dalam pembangunan kanal di tepi barat Istanbul/Reuters
rmol news logo Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan mengundang sorotan publik setelah dia mengambil langkah pertama dalam pembangunan kanal di tepi barat Istanbul. Langkah ini menuai kontroversi lantaran muncul kekhawatiran akan dampak lingkungan dan ekonomi dari proyek tersebut.

“Hari ini kami membuka halaman baru dalam sejarah perkembangan Turki,” kata Erdogan dalam upacara peletakan batu pertama Jembatan Sazlidere di atas rute yang direncanakan pada akhir pekan ini (Sabtu, 27/6).

“Kami melihat Kanal Istanbul sebagai proyek untuk menyelamatkan masa depan Istanbul, untuk memastikan keselamatan jiwa dan harta benda Bosphorus Istanbul dan warga di sekitarnya,” sambungnya.

Pemerintah Turki mengklaim, proyek tersebut akan memudahkan lalu lintas kapal dan mengurangi risiko kecelakaan di Selat Bosphorus yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam dan merupakan salah satu jalur pelayaran tersibuk di dunia.

Erdogan sendiri menjuluki proyek ini sebagai "proyek gila" ketika dia pertama kali menyarankan pembangunan kanal pada tahun 2011 lalu. Bukan tanpa alasan, pasalnya proyek sepanjang 45 kilometer yang menghubungkan Laut Marmara dan Laut Hitam di sebelah barat Bosphorus ini mencakup pembangunan pelabuhan laut baru, jembatan, bisnis, distrik perumahan dan danau buatan.

Proyek kanal tersebut yang diperkirakan menelan biaya hingga 15 miliar dolar AS diperkirakan akan selesai dalam waktu enam tahun.

"Dengar, ini bukan upacara pembukaan air mancur," katanya di acara tersebut.

“Hari ini kita sedang meletakkan fondasi salah satu kanal yang patut dicontoh di dunia," sambung Erdigan, seperti dikabarkan Al Jazeera.

Menanggapi langkah tersebut, seorang profesor transportasi dan mantan anggota parlemen Turki Mustafa Ilicali mengatakan bahwa lalu lintas laut telah meningkat 72 persen di Bosphorus sejak tahun 2005.

“Tanker menimbulkan kecelakaan di selat sempit. Kapal yang tertunda mencemari laut dan menimbulkan emisi,” katanya.

Meski begitu, para penentang menilai bahwa proyek kanal tersebut akan menyebabkan kerusakan ekologis yang mendalam di Istanbul, memperburuk bahaya yang ditimbulkan oleh gempa bumi, dan menempatkan ekonomi Turki di bawah beban utang yang bahkan lebih besar.

“Melalui kanal baru ini, Laut Hitam dan perairan Marmara akan bercampur. Ini akan memiliki konsekuensi ekologis dan membahayakan pasokan air dan kehidupan laut yang sudah lemah,” kata wakil presiden dari kelompok Kamar Perencana Kota Turki, Pinar Giritlioglu. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA