Menurut data terbaru, negara berpenduduk 9 juta jiwa ini mencatat 10 kematian pada Sabtu (26/6), korban harian tunggal tertinggi sejak Maret, menurut pelacak Covid-19 Reuters.
National Emergency Crisis and Disaster Management Authority (NCEMA) mengatakan peningkatan kematian tersebut disebabkan oleh penyebaran varian Beta, Delta dan Alpha.
"Varian Beta, pertama kali terdeteksi di Afrika Selatan, adalah varian paling dominan di UEA, terhitung 39,2 persen dari kasus," katanya, seperti dikutip dari
Al-Arabiya, Senin (28/6).
"Delta, pertama kali terdeteksi di India, menyumbang 33,9 persen infeksi. Alpha, pertama kali terdeteksi di Inggris, menyumbang 11,3 persen," kata mereka di Twitter pada Minggu (27/6) malam waktu setempat.
Menanggapi peningkatan kasus tersebut, UEA telah menerapkan kebijakan bahwa setiap orang yang telah mengunjungi Afrika Selatan atau India dalam 14 hari terakhir dilarang memasuki negara tersebut, meskipun beberapa, seperti warga negara dan diplomat, dikecualikan.
NCEMA juga telah mendesak masyarakat untuk divaksinasi, dengan mengatakan bahwa 92 persen dari mereka yang dirawat di perawatan intensif belum divaksinasi, juga 94 persen dari mereka yang telah meninggal belum divaksinasi.
Banyak warga UEA yang telah diinokulasi dengan vaksin Sinopharm dari China, sedangkan vaksin Pfizer-BioNTech, AstraZeneca dan Sputnik V juga ditawarkan kepada warga dan penduduk.
NCEMA mengatakan 91,8 persen dari mereka yang memenuhi syarat telah divaksinasi, mewakili 71 persen dari populasi.
Sebuah penelitian pengendalian penyakit China pekan lalu mengatakan bahwa antibodi yang dipicu oleh dua vaksin Covid-19 buatan China kurang efektif terhadap varian Delta dibandingkan dengan suntikan. Namun demikian, itu tetap masih menawarkan perlindungan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: