Pengumuman gencatan senjata sepihak itu mucul setelah Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF) mengklaim telah merebut kembali ibukota Mekelle pada Senin (28/6).
"Ibukota Tigray, Mekelle, berada di bawah kendali kami," ujar jurubicara TPLF, Getachew Reda kepada
Reuters.
Dari laporan
Al Jazeera, penduduk juga melihat pasukan TPLF berada di Mekelle untuk pertama kalinya sejak konflik meletus pada November tahun lalu.
Gencatan senjata diumumkan oleh media pemerintah setelah pemerintahan sementara Tigray yang ditunjuk pemerintah federal melarikan diri dari Mekelle.
"Deklarasi gencatan senjata sepihak ini dimulai dari hari ini, 28 Juni 2021, dan akan berlangsung sampai musim pertanian berakhir," kata pemerintah federal.
Di Ethiopia, musim panen berlangsung dari Juni hingga September. Gencatan senjata diharapkan dapat memungkinkan pengiriman bantuan kemanusiaan.
Sementara itu, TPLF sendiri menolak gencatan senjata sepihak tersebut dengan menyebutnya sebagai lelucon.
Menanggapi situasi di Tigray, Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres menyatakan keprihatinannya.
"Peristiwa baru-baru ini di wilayah Tigray di Ethiopia sangat mengkhawatirkan. Mereka menunjukkan, sekali lagi, bahwa tidak ada solusi militer untuk krisis ini," ujarnya.
Guterres mengatakan, ia telah berbicara dengan Perdana Menteri Abiy Ahmed, dan berharap penghentian permusuhan yang efektif dilakukan.
"Sangat penting bahwa warga sipil dilindungi, bantuan kemanusiaan menjangkau orang-orang yang membutuhkan dan solusi politik ditemukan," tambahnya.
Pada November lalu, pemerintahan Abiy Ahmed meluncurkan tindakan penegakan hukum setelah pasukan TPLF menyerang tentara Ethiopia di Tigray, termasuk Mekelle.
Konflik tersebut membuat lebih dari satu juta orang mengungsi dan puluhan ribu mengungsi ke negara tetangga Sudan.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: