Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Bertemu Para Patriarki Di Vatikan, Paus: Berhenti Gunakan Lebanon Untuk Kepentingan Politik!

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Jumat, 02 Juli 2021, 13:07 WIB
Bertemu Para Patriarki Di Vatikan, Paus: Berhenti Gunakan Lebanon Untuk Kepentingan Politik!
Paus Fransiskus bersama para patriarki Lebanon/Net
rmol news logo Paus Fransiskus mengatakan bahwa Lebanon harus tetap menjadi 'tanah toleransi dan pluralisme'. Pesan tersebut disampaikannya ketika menyambut para patriarki Kristen Lebanon di Vatikan, Kamis (1/7) waktu setempat.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Kedatangan para patriarki Lebanon itu dimaksudkan untuk memohon doa agar krisis ekonomi dan politik yang telah melemparkan negara itu ke dalam kekacauan dan mengancam komunitas Kristennya.

Fransiskus bertugas memimpin kebaktian doa malam di Basilika Santo Petrus bersama para pemimpin gereja-gereja Kristen Lebanon tersebut, yang menampilkan doa dan nyanyian pujian dalam bahasa Arab, Syria, Armenia, dan Kasdim.

Anggotaa komunitas Lebanon di Roma dan korps diplomatik memenuhi bangku-bangku jemaat.

"Lebanon tidak bisa dibiarkan menjadi mangsa untuk jalannya peristiwa atau (untuk) mereka yang mengejar kepentingan mereka sendiri yang tidak bermoral," kata Paus selama kebaktian, seperti dikutip dari AP, Jumat (2/7).

"Ini adalah negara kecil namun besar, tetapi lebih dari itu, ini adalah pesan universal perdamaian dan persaudaraan yang muncul dari Timur Tengah," ujarnya.

Dengan 6 juta penduduk, termasuk diperkirakan 1 juta pengungsi, Lebanon memiliki persentase terbesar orang Kristen di Timur Tengah dan merupakan satu-satunya negara Arab dengan kepala negara Kristen.

Orang-orang Kristen merupakan sepertiga dari populasi, dan Vatikan khawatir keruntuhan negara itu sangat berbahaya bagi kelangsungan komunitas Kristennya, benteng bagi gereja di Timur Tengah.

Saat ini, negara Mediterania itu sedang mengalami keruntuhan ekonomi dan keuangan yang belum pernah terjadi sebelumnya, ditambah dengan kebuntuan politik selama 11 bulan terkait pembentukan pemerintahan baru. Perkembangan tersebut merupakan ancaman paling serius bagi stabilitasnya sejak berakhirnya perang saudara tiga dekade lalu. Negara itu juga berusaha pulih dari ledakan pelabuhan Beirut yang menghancurkan musim panas lalu — dan pandemi virus corona.

Fransiskus mengundang para pemimpin agama untuk hari doa yang dimulai dengan meditasi hening di makam Rasul Petrus, dan diikuti dengan pembicaraan tertutup tentang bagaimana membantu Lebanon keluar dari apa yang digambarkan Bank Dunia sebagai salah satu krisis terburuk yang pernah disaksikan dunia selama 150 tahun terakhir.

Dalam sambutan terakhirnya pada kebaktian doa ekumenis, Fransiskus mendesak para pemimpin politik untuk menemukan solusi dan mengimbau masyarakat internasional untuk membantu negara itu pulih.

"Berhenti menggunakan Lebanon dan Timur Tengah untuk kepentingan dan keuntungan luar!" katanya.  

"Rakyat Lebanon harus diberi kesempatan untuk menjadi arsitek masa depan yang lebih baik di tanah mereka, tanpa campur tangan yang tidak semestinya," lanjut Paus.

Saad Hariri yang ditunjuk sebagai Perdana Menteri Lebanon, yang bertemu dengan Fransiskus di Vatikan pada bulan April, mengatakan dari Beirut bahwa dia berharap pertemuan itu akan menyerukan kepada semua orang di negaranya untuk menjaga koeksistensi mereka.

"Tidak mengherankan bahwa Paus menyimpannya di dalam hatinya melalui undangan kepada 10 pemimpin spiritual ini dengan tujuan membawa Lebanon melalui kenyataan yang sulit," cuitnya pada Kamis, mengulangi kata-kata St. Yohanes Paulus II bahwa "Lebanon lebih daripada sebuah negara, itu adalah sebuah pesan."

Sementara Menteri Luar Negeri Vatikan, Uskup Agung Paul Gallagher, dengan blak-blakan menjelaskan 'keprihatinan kuat Takhta Suci tentang runtuhnya negara' selama briefing dengan wartawan pekan lalu.

Dia mengatakan Paus telah mengundang para pemimpin agama ke Roma sebagai pengakuan bahwa komunitas Kristen telah sangat terpukul oleh krisis, yang telah membuat kelas menengah terdidik melarikan diri dari pemadaman listrik, kekurangan bahan bakar, melonjaknya harga dan sekarang tindakan sporadis dan kekerasan.

"Krisis itu berisiko menghancurkan keseimbangan internal dan realitas Lebanon sendiri, membahayakan kehadiran Kristen di Timur Tengah," kata Gallagher.

"Lebanon harus dibantu untuk mempertahankan identitas unik ini, untuk memastikan Timur Tengah yang pluralis, toleran dan beragam," katanya.

Paus mengatakan dia berharap bisa mengunjungi Lebanon begitu pemerintah terbentuk. Gallagher mengatakan jika itu terjadi segera, Francis bisa melakukan perjalanan awal tahun depan. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA