Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Sama Buasnya Dengan Trump Dalam Soal China, Biden Tetap Dipandang Lebih Baik Untuk Diajak Kerjasama

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Sabtu, 03 Juli 2021, 09:59 WIB
Pengamat: Sama Buasnya Dengan Trump Dalam Soal China, Biden Tetap Dipandang Lebih Baik Untuk Diajak Kerjasama
Presiden Joe Biden/Net
rmol news logo Joe Biden sepertinya tidak terlalu terburu-buru mengubah substansi kebijakan pendahulunya mengenai China. Mungkin ini yang membuat pemimpin China berbicara keras tentang 'musuh asing'.

Ini terlihat dari cara Biden mempertahankan tarif tinggi pada lebih dari 300 miliar dolar AS impor China dan memperluas sanksi terhadap perusahaan teknologi negara itu. Bahkan, ia melangkah lebih jauh dengan menghidupkan kembali pembicaraan perdagangan dan investasi dengan Taiwan meskipun ada tentangan Beijing.

Biden tampak tidak lebih baik dari Trump, menurut seorang pengamat Amerika.

"Keduanya adalah 'binatang buas dari bukit yang sama' atau yiqiu zhihe, seperti kata pepatah China," kata Minxin, profesor pemerintahan di Claremont McKenna College dalam artikelnya di Bloomberg News, Jumat (2/7).

Biden mungkin menjadi musuh yang lebih tangguh: Tidak seperti Trump, yang mengasingkan sekutu dengan penghinaan, ancaman, dan tarif, Biden telah memperbaiki aliansi Amerika dan berhasil membentuk front yang relatif bersatu melawan China.

"Dia memiliki kepercayaan yang jauh lebih tinggi daripada Xi Jinping," kata Minxin.

Meski sama buasnya dengan Trump dalam soal China, tetap lebih baik untuk menjalin kekuatan bersama AS ketimbang memusuhinya.

Minxin mengulas apa yang dikatakan Presiden China saat merayakan seabad Partai Komunis pada Kamis (1/7). Saat itu, Xi dalam pidatonya mengatakan China telah memperingatkan pasukan asing dan coba-coba menindas China. Bahwa akan terjadi pertumpahan darah jika mereka mencoba menggertak China.

Walau bermusuhan, alangkah bodohnya bagi pemimpin China jika menghapus Biden sebagai mitra, karena hubungan China-AS tetap memiliki manfaat besar.  

"Sementara kedua belah pihak akan mendapat manfaat dari hubungan yang lebih stabil dan dapat diprediksi, China pun memiliki lebih banyak keuntungan dari keterlibatan kembali," tulis Minxin.

Secara ekonomi, dimulainya kembali pembicaraan tingkat tinggi dapat mengerem proses pemisahan ekonomi yang diprakarsai oleh perang dagang Trump.

Langkah dialog dapat meredakan ketegangan yang berbahaya antara China dan AS.

"Sebagai musuh yang lebih lemah, Beijing pasti akan kalah dalam konfrontasi dengan AS jika krisis meletus hari ini. Yang terpenting, terlepas dari kebijakannya yang keras, Biden tetap menjadi yang terbaik yang dimiliki China untuk memperbaiki hubungan dengan AS," lanjut Minxin.

Pada saat yang sama, ada perbedaan kritis antara kebijakan Biden di China dan kebijakan Trump dan calon penerusnya dari Partai Republik.

"Elemen sentral dari strategi China Biden adalah upayanya untuk membangun kembali kekuatan Amerika. Ini membutuhkan penanganan pada ketidaksetaraan, infrastruktur yang buruk, rasisme, dan erosi demokrasi di dalam negeri. Para pemimpin China tidak bisa iri padanya atau menghalangi usahanya secara langsung," tulis Minxin. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA