Asosiasi pemilik apotek pada Jumat (9/7) pagi waktu setempat mengungkapkan kondisi yang memprihatinkan tersebut.
Para importir mengatakan habisnya stok ratusan obat-obatan tersebut karena bank sentral berutang jutaan dolar kepada pemasok di luar negeri dan mereka tidak dapat lagi membuka jalur kredit baru.
Ali Safa, anggota asosiasi, mengatakan 80 persen apotek tetap tutup di Beirut dan kota-kota besar lainnya.
Selain pasokan obat yang habis, apotek menutup pintu mereka sebagai protes atas kekurangan tersebut.
Krisis keuangan telah menyebabkan tingkat kemiskinan meningkat dan mempengaruhi lebih dari setengah populasi. Lebanon menghadapi apa yang dikatakan Bank Dunia sebagai salah satu krisis ekonomi terburuk di dunia sejak tahun 1850-an.
Warga Lebanon selama berbulan-bulan memanfaatkan media sosial untuk meminta bantuan, termasuk dari teman dan keluarga di luar negeri. Selain obat-obatan, susu formula pun sulit didapatkan.
Seorang warga mengatakan ia telah mengunjungi lima apotek awal pekan ini untuk mencari obat untuk mengobati asam urat tinggi tetapi stok kosong.
Pemilik apotek Safa mengatakan bahwa selama dua bulan terakhir pemasok secara bertahap berhenti melakukan pengiriman. Dia meminta kementerian kesehatan untuk menyetujui daftar obat-obatan prioritas yang akan terus disubsidi.
"Pemasok kemudian bisa menjual semua obat lain sesuai harga pasar gelap, agar tidak merugi," katanya.
Merespon hal itu, bank sentral mengatakan bahwa mereka mengalokasikan dana sebesar 400 juta dolar AS untuk mendukung produk-produk utama termasuk obat-obatan dan tepung.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: