Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Pengamat: Ada Peluang Dan Tantangan Bagi China Di Afghanistan Sepeninggal Pasukan AS

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/reni-erina-1'>RENI ERINA</a>
LAPORAN: RENI ERINA
  • Selasa, 13 Juli 2021, 07:33 WIB
Pengamat: Ada Peluang Dan Tantangan Bagi China Di Afghanistan Sepeninggal Pasukan AS
Ilustrasi/Net
rmol news logo Sejumlah pengamat mengapresiasi keterlibatan China dan negara-negara di kawasan dalam menyikapi situasi terkini di Afghanistan, terutama setelah penarikan pasukan militer yang dipimpin AS di negara yang dilanda perang itu.

Mereka mengatakan, ada peluang dan tantangan bagi China di sana.

Pernyataan mereka merujuk pada kunjungan Menteri Luar Negeri China Wang Yi untuk mengunjungi tiga negara Asia Tengah: Turkmenistan, Tajikistan, dan Uzbekistan atas undangan menteri luar negeri masing-masing negara antara 12-16 Juli.

Dalam kunjungan, Wang Yi dilaporkan akan berdiskusi dengan pejabat Organisasi Kerjasama Shanghai (SCO) tentang situasi di Afghanistan.

Menurut analis, dengan memasukkan masalah Afghanistan ke dalam agenda SCO, Beijing tidak hanya membantu menundukkan kekacauan yang ditinggalkan oleh kekosongan kekuasaan di negara itu, tetapi juga akan mendorong hubungan antara China dan negara-negara Asia Tengah lainnya lebih dekat.

"Penarikan AS yang tidak bertanggung jawab dan tergesa-gesa dari Afghanistan telah menimbulkan ancaman keamanan di negara itu, dan ketidakstabilan mulai meluas ke negara-negara kawasan," kata Qian Feng, direktur departemen penelitian di Institut Strategi Nasional di Universitas Tsinghua, seperti dikutip dari Global Times, Senin (12/7).

"Dalam keadaan seperti itu, negara-negara kawasan beralih ke China, berharap bisa mengoordinasikan kerangka kerja multilateral dalam menangani masalah ini," menurut Qian.

Qian mengatakan selama proses negosiasi multilateral, hubungan China dengan negara-negara Asia lainnya akan lebih ditingkatkan, karena proses seperti itu membutuhkan kerja sama yang mendalam dalam berbagai masalah, baik ekonomi, kontra-terorisme, atau bidang lainnya.”

Dipimpin oleh China dan Rusia dan dibentuk pada tahun 2001, SCO juga mencakup India, Pakistan, dan empat bekas republik Soviet lainnya: Kazakhstan, Kirgistan, Uzbekistan, dan Tajikistan. Ia memiliki empat negara pengamat - Afghanistan, Mongolia, Belarusia dan Iran - dan enam mitra dialog. Enam tetangga Afghanistan adalah anggota SCO.

Sun Zhuangzhi, Direktur Eksekutif Pusat Penelitian China SCO mengatakan, apa yang memberi SCO keunggulan dalam memecahkan masalah Afghanistan adalah mandatnya yang luas, karena membahas agenda keamanan, ekonomi, dan pembangunan manusia Afghanistan, menggabungkan dukungan untuk stabilitas politik, pelaksanaan proyek ekonomi skala besar dan bantuan untuk pembangunan modal sosial.

SCO juga dapat mengoordinasikan upaya aktor internasional lainnya, mulai dari badan khusus Perserikatan Bangsa-Bangsa hingga perusahaan asing swasta hingga LSM kecil yang tertarik pada jalur kolaborasi khusus dengan mitra di dan sekitar Afghanistan.  

Dalam sebuah wawancara dengan This Week in Asia pada hari Rabu (7/7), juru bicara Taliban Suhail Shaheen bahkan mengatakan organisasi itu melihat China sebagai "teman" bagi Afghanistan dan berharap untuk berbicara dengan Beijing tentang berinvestasi dalam pekerjaan rekonstruksi "sesegera mungkin."

"China adalah negara sahabat yang kami sambut baik untuk rekonstruksi dan pembangunan Afghanistan," kata Suhail.

Presiden Joe Biden pada hari Kamis (8/7) membela penarikan pasukan AS dari Afghanistan karena negara itu tampaknya semakin berisiko mengalami perang saudara. Dia mengatakan bahwa misi militer AS di sana akan berakhir pada 31 Agustus, lebih awal dari yang diumumkan sebelumnya. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA