Menteri Keamanan Dalam Negeri Israel Omer Barlev mengatakan, Perdana Menteri Naftali Bennett ingin adanya perubahan kebijakan agar bantuan asing tidak jatuh ke tangan Hamas.
"Mekanisme di mana apa yang akan masuk, pada dasarnya, adalah voucher makanan, atau voucher bantuan kemanusiaan, dan bukan uang tunai yang dapat diambil dan digunakan untuk mengembangkan persenjataan yang digunakan melawan Negara Israel," ujarnya, seperti dikutip
Reuters, Selasa (13/7).
Setelah pertempuran 11 hari pada Mei, badan-badan kemanusiaan telah menganggarkan 500 juta dolar AS untuk merekonstruksi kembali Jalur Gaza.
Sejak perang 2014, Qatar telah berkomitmen untuk membiayai lebih dari 1 miliar konstruksi dan proyek lainnya di Gaza, sebagian dalam bentuk tunai. Pada akhir Mei, Doha menjanjikan 500 juta dolar AS tambahan untuk bantuan tersebut. Bantuan telah disetujui dan dipantau oleh pihak Israel.
"Uang Qatar untuk Gaza tidak akan masuk sebagai koper penuh dolar yang berakhir dengan Hamas, di mana Hamas pada dasarnya mengambil bagian penting untuk dirinya sendiri dan pejabatnya," jelas Barlev.
Barlev mengatakan, dengan mekanisme voucher, maka Israel tidak akan ragu untuk membantu situasi kemanusiaan di Jalur Gaza.
Sementara itu, Hamas sendiri telah berulang kali membantah menggunakan bantuan kemanusiaan yang ditujukan ke Gaza untuk membangun militernya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: