Dalam sebuah postingan di akun Twitternya, salah satu aktifis, Masih Alinejad, yang merupakan keturunan Iran dan kritikus blak-blakan terhadap pemerintah Teheran mengkonfirmasi bahwa dialah yang menjadi target dari dugaan plot penculikan tersebut.
Dalam perjalanannya, Alinejad mendirikan gerakan My Stealthy Freedom, yang mendorong perempuan untuk melepas jilbab mereka.
"Empat orang yang disebutkan dalam dakwaan adalah seorang pejabat intelijen Iran dan tiga aset yang bekerja di bawahnya," menurut sebuah pernyataan dari Departemen Kehakiman, seperti dikutip dari
AFP, Rabu (14/7).
Dikatakan mereka semua tinggal di Iran.
Seorang rekan konspirator kelima di California dituduh mendanai operasi yang dituduhkan.
Menurut Departemen Kehakiman, para perwira intelijen pertama kali mencoba memikat target penculikan, yang disebut Korban-1, ke negara ketiga untuk ditangkap dan dibawa ke Iran untuk dipenjara.
"Mereka kemudian bergerak untuk mengawasi korban dan anggota keluarganya yang lain di Brooklyn, New York pada beberapa kesempatan pada tahun 2020 dan 2021," kata pernyataan Departemen Kehakiman.
Diduga salah satu pria itu meneliti bagaimana cara membawa Korban-1 dari Amerika Serikat ke Iran.
Meskipun Departemen tidak menyebutkan nama Korban-1, Alinejad, yang terkenal karena kritiknya yang blak-blakan terhadap pemerintah Iran dan kebijakannya, tampaknya mengidentifikasi dirinya sebagai target dari dugaan plot tersebut di Twitter.
Dia men-tweet ulang postingan yang menyebut dia sebagai tersangka korban dan menjawab "Terima kasih" pada tweet yang merujuk pada dakwaan Departemen Kehakiman.
"Setiap orang di Amerika Serikat harus bebas dari pelecehan, ancaman, dan kerusakan fisik oleh kekuatan asing," kata Penjabat Asisten Jaksa Agung Mark Lesko dalam pernyataan Departemen Kehakiman.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: