Para demonstran berkumpul di sebuah mural yang menggambarkan striker Marcus Rashford di daerah Withington, Manchester yang sebelumnya dirusak.
Dari laporan
AFP disebutkan mereka membawa bendera Inggris, kemudian memasangnya di mural tersebut.
"Saya seorang Mancunian, lahir dan dibesarkan di Manchester, dan bangga menjadi seorang Mancunian. Saya sangat bangga dengan apa yang telah dilakukan Marcus Rashford untuk negara ini," ujar Kate Caine, seorang demonstran berusia 42 tahun.
Caine mengaku "jijik" dengan perilaku orang-orang yang mengeluarkan komentar rasis hanya karena Inggris kalah dari Italia dalam laga final Euro 2020 pada Senin dini hari (12/7).
Ketika itu, Rashford, Sancho, dan Saka gagal mengeksekusi adu penalti sehingga Inggris kalah dengan skor 3-2.
"Pemain seperti dia tidak pantas mendapatkan hal seperti ini. Tidak ada pemain yang melakukannya, karena dia telah melakukan banyak hal untuk mendukung negaranya selama pandemi, memberikan makanan kepada anak-anak malang," ujar Ohmar, seorang remaja berusia 17 tahun.
Rashford diketahui telah melobi Perdana Menteri Inggris Boris Johnson untuk memberikan makanan ke anak-anak yang terdampak pandemi.
Sementara itu, di Twitter, Rashford mengatakan ia menerima kritik atas permainannya yang tidak baik. Namun ia tidak menerima dan tidak akan meminta maaf atas latar belakangnya.
"Saya Marcus Rashford, pria kulit hitam berusia 23 tahun dari Withington dan Wythenshawe, Manchester Selatan. Jika saya tidak punya apa-apa lagi, saya punya itu," tulis striker Manchester United itu di Twitter.
"Saya dapat menerima kritik atas penampilan saya sepanjang hari, penalti saya tidak cukup baik, itu seharusnya masuk tetapi saya tidak akan pernah meminta maaf untuk siapa saya dan dari mana saya berasal," tambahnya.
Ia kemudian mengaku terharu dengan dukungan yang diberikan warga Inggris di muralnya.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.