Pihak militer mengatakan kepada wartawan, bahwa mereka menggandakan jumlah pasukan yang dikerahkan hingga 25.000 untuk memadamkan kekerasan, setelah kemarin disebutkan korban tewas mencapai 72 orang.
“Kami sekarang telah mengajukan permintaan untuk penempatan (sekitar) 25.000 anggota,†menurut rekaman video Menteri Pertahanan dan Veteran Militer Nosiviwe Mapisa-Nqakula yang ditampilkan di eNCA, seperti dikutip dari
Reuters, Kamis (15/7).
Afrika Selatan berjuang untuk memadamkan penjarahan, pembakaran, dan kekerasan selama berhari-hari, yang dipicu oleh aksi protes atas penahanan mantan presiden Jacob Zuma.
Dampak dari kerusuhan dan penjarahan sangat dirasakan oleh masyarakat.
Katlego Motati, salah seorang warga yang ikut melawan kerusuhan, mengaku sangat sedih dan menangis melihat ketegangan antara tentara Afrika Selatan dan sekelompok pemuda yang berhadapan pada Rabu (14/7) dimana kerusuhan paling besar terjadi. Jalanan di depannya penuh puing-puing.
"Saya berdiri di sini melawan pengacau dan hooligan," kata pria berusia 32 tahun itu.
"Ketika saya melihat kehancuran itu, saya menangis, melihat bagaimana semua ini terjadi," kata Motati. "Pada akhirnya, kita akan berjuang karena ini. Ekonomi kita akan benar-benar rusak.â€
Ketakutan kehabisan bensin dan makanan telah mencengkeram Afrika Selatan pada hari ketujuh ini.
Africa News melaporkan, antrian membentang di depan pompa bensin dan toko makanan, khususnya di Durban, di Kwazulu-Natal (timur).
Sehari sebelumnya, kilang terbesar di negara itu menutup pabriknya di wilayah tersebut, yang memasok sekitar sepertiga dari bahan bakar yang dikonsumsi di negara tersebut.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: