Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Kisah Migran Di Kamp Libya: Ditahan Dan Dilecehkan Demi Air Bersih

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Kamis, 15 Juli 2021, 11:48 WIB
Kisah Migran Di Kamp Libya: Ditahan Dan Dilecehkan Demi Air Bersih
Migran di kamp-kamp Libya/Net
rmol news logo Sebuah laporan dari Amnesty International mengungkap skenario mengerikan yang dilakukan para penjaga kamp-kamp pengungsi di Libya terhadap wanita migran.

Dalam laporan yang dirilis pada Kamis (15/7), Amnesty menyebut kamp pengungsi di Libya dalam kondisi yang memprihatinkan. Bahkan wanita-wanita migran di sana dipaksa untuk berhubungan intim demi mendapatkan air bersih, makanan, dan akses ke sanitasi.

Hal itu terungkap dalam wawancara dengan 53 pengungsi berusia 14 hingga 50 tahun yang berasal dari Nigeria, Somalia, dan Suriah. Sebagian besar dari mereka masih berada di kamp pengungsi Libya, namun sebagian sudah melarikan diri.

Menurut seorang migran wanita, penjaga kamp hanya akan memberikan air bersih setelah menahannya untuk melakukan pelecehan seksual.

"Penjaga kamp berkata, 'mungkin Anda ingin air besih dan tempat tidur, biarkan saya berhubungan seks dengan Anda, jadi saya bisa membebaskan Anda'," terang wanita tersebut dalam laporan yang dikutip Reuters.

Pelecehan seksual tersebut tidak jarang membuat banyak wanita migran hamil di dalam kamp.

Tidak hanya pada wanita, pelecehan seksual dari penjaga kamp juga kerap dilakukan pada pengungsi laki-laki, khususnya mereka yang masih anak-anak. Mereka juga mengalami penyiksaan dan kekerasaan.

Berdasarkan laporan, perlakuan tidak manusiawi itu telah muncul sejak 2017.

Kamp pengungsi di Libya saat ini telah dikendalikan oleh Kementerian Dalam Negeri. Kamp tersebut berisi para migran yang dicegat dari Mediterania.

Dalam enam bulan pertama tahun ini, Uni Eropa telah mencegat 15 ribu migran dan membawanya ke kamp di Libya.

Baik Paus Fransiskus dan Sekretaris Jenderal Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB) Antonio Guterres telah mendesak agar kamp tersebut ditutup. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA