Dalam studi tersebut, para peneliti membandingkan vaksin BioNTech yang dikembangkan dengan mRNA dengan Sinovac dengan virus tidak aktif.
Hasil studi terhadap para petugas kesehatan Hong Kong itu telah dipublikasikan di jurnal The Lancet pada Kamis (15/7), seperti dimuat
Bloomberg.
Berdasarkan penelitian, tingkat antibodi di antara petugas kesehatan yang disuntik vaksin BioNTech lebih tinggi sekitar 10 kali daripada mereka yang disuntik Sinovac.
"Perbedaan konsentrasi antibodi penetral yang diidentifikasi dalam penelian kami dapat diterjemahkan menjadi perbedaan substansial dalam efektivitas vaksin," ujar para peneliti.
Temuan tersebut menambah semakin banyak bukti bahwa vaksin mRNA memberikan perlindungan yang lebih kuat dan komprehensif daripada metode tradisional yang menggunakan virus tidak aktif.
Di negara-negara yang menggunakan vaksin mRNA, seperti Israel dengan Pfizer, dan Jerman dengan BioNTech dan Moderna, telah terjadi penurunan kasus Covid-19 yang nyata.
Sementara di negara-negara yang menggunakan Sinovac dan Sinopharm, tidak terjadi penurunan kasus secara signifikan, meski berhasil mencegah kasus Covid-19 yang parah dan kematian.
Saat ini, Thailand dan Uni Emirat Arab (UEA) didorong untuk menggunakan suntikan booster untuk meningkatkan antibodi.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.