Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Sepekan Jelang Olimpiade Tokyo, Atlet Angkat Besi Uganda Menghilang

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/sarah-meiliana-gunawan-1'>SARAH MEILIANA GUNAWAN</a>
LAPORAN: SARAH MEILIANA GUNAWAN
  • Jumat, 16 Juli 2021, 18:52 WIB
Sepekan Jelang Olimpiade Tokyo, Atlet Angkat Besi Uganda Menghilang
Atlet angkat besi Uganda, Julius Ssekitoleko/Net
rmol news logo Seorang atlet angkat besi Uganda dilaporkan hilang, hanya sepekan menjelang Olimpiade Tokyo.
Selamat Menunaikan Ibadah Puasa

Pihak berwenang Jepang pada Jumat (16/7) melaporkan sedang mencari Julius Ssekitoleko, atlet Uganda berusia 20 tahun yang tengah mengikuti kamp pelatihan di dekat Osaka.

Dari laporan AFP, Ssekitoleko tidak mengikuti tes Covid-19 dan tidak berada di kamar hotelnya.

Pemerintah telah meminta penyelenggara menyelidiki laporan peserta Olimpiade yang melanggar aturan pencegahan Covid-19.

Hilangnya Ssekitoleko di kota Izumisano memicu kekhawatiran karena terjadi setelah dua anggota delegasi Uganda dinyatakan positif di Jepang, termasuk seorang pelatih yang diisolasi di bandara.

"Kota melakukan segala upaya untuk mencari individu tersebut. Kami telah melaporkan masalah ini ke polisi," kata sebuah pernyataan dari otoritas kota.

Sejauh ini sudah ada 10 kasus Covid-19, termasuk satu atlet, yang muncul dari tim Olimpiade Tokyo dalam dua hari terakhir.

Sesuai dengan aturan pencegahan Covid-19, Olimpiade Tokyo melarang adanya penonton. Sementara itu, atlet, ofisial, dan staf haru mengikuti langkah-langkah tindakan anti-virus yang ketat.

Sejumlah atlet telah menyatakan ketidaksanggupannya atas penerapan langkah tersebut. Terlebih bagi lusinan tim yang sudah berada di kamp pelatihan sebelum Olimpide digelar.

Bintang bola basket Australia Liz Cambage mengumumkan pengunduran dirinya karena risiko kesehatan mental tinggal dalam kamp pelatihan.

"Tidak ada keluarga. Tidak ada teman. Tidak ada penggemar. Tidak ada sistem pendukung di luar tim saya. Sejujurnya ini menakutkan bagi saya," ujarnya dalam sebuah pernyataan.

Atlet angkat besi Inggris Sarah Davies mengatakan hidup dalam kamp terasa seperti "penjara".

"Kami memiliki apa yang kami sebut halaman penjara. Jadi kami benar-benar dapat berjalan naik dan turun di bentangan ini antara jam 7 pagi dan 10 pagi, dan itulah satu-satunya waktu kami diizinkan di luar. Sungguh, rasanya seperti kita di penjara. Tapi, hei, begitulah ... Selamat datang di Olimpiade, edisi Covid," ujarnya di Instagram. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA