Begitu keterangan yang disampaikan oleh Kedutaan Besar Singapura di Yangon pekan ini, dalam sebuah email tertanggal 15 Juli, sebagaimana diwartakan oleh
Channel News Asia.
Pemerintah Singapura mmenilai bahwa situasi di Myanmar semakin memburuk, baik dalam aspek keamanan maupun situasi Covid-19. Pemerintah Singapura pun menyediakan penerbangan bantuan reguler bagi warga negaranya yang hendak pulang dari Myanmar.
"Kedutaan tidak dapat menjamin bahwa penerbangan bantuan akan berlanjut secara teratur, atau bahwa para pelancong akan dapat meninggalkan negara itu dengan bebas pada tanggal perjalanan yang mereka inginkan," begitu kutipan dari pernyataan tersebut.
"Kedutaan mungkin tidak dalam posisi untuk mengatur penerbangan repatriasi khusus untuk warga Singapura di kemudian hari," sambung pernyataan yang sama.
Dalam ringkasan situasi keamanan di Myanmar, kedutaan mengatakan bahwa darurat militer telah diumumkan pada 15 Maret di enam kotapraja di Wilayah Yangon, yakni Hlaing Thayar, Shwepyithar, Dagon Utara, Dagon Selatan, Dagon Seikan dan Okkalap Utara.
Sementara itu, terkait dengan situasi pandemi Covid-19, Singapura menilai bahwa Myanmar sedang dalam kondisi serius.
"Sistem perawatan kesehatan telah mencapai kapasitas penuh dan ada daftar tunggu yang sangat panjang untuk masuk," begitu kutipan dari pihak kedutaan besar Singapura di Myanmar.
"Saat ini tidak ada tempat tidur ICU atau (untuk pasien) Covid-19 yang tersedia di rumah sakit umum dan swasta di Yangon, serta sangat kekurangan obat-obatan dasar dan pasokan oksigen di pasar," sambung pernyataan yang sama.
Pemerintah Singapura menyarankan warga Singapura dengan kondisi kesehatan yang mendasarinya untuk secara serius mempertimbangkan meninggalkan negara itu sesegera mungkin.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: