Pada 10 Maret, Storting mengungkap ada pelanggaran data dan bahwa sistem email-nya telah disusupi. Peretasan dilakukan dengan mengeksploitasi kelemahan sistem keamanan dan perangkat lunak Microsoft Exchange.
Menteri Luar Negeri Norwegia Ine Eriksen Soreide mengatakan, berdasarkan informasi yang telah dikumpulkan, pemerintah menduga serangan tersebut berasal dari China.
"Ini adalah insiden yang sangat serius yang mempengaruhi institusi demokrasi terpenting. Kami berharap China menanggapi masalah ini dengan serius, dan memastikan bahwa insiden seperti itu tidak terulang," tegasnya, seperti dikutip
Sputnik, Rabu (21/7).
Sebagai tindak lanjut, Soreide mengatakan pihaknya telah memanggil Dutabesar China untuk membahas serangan tersebut secara langsung.
"Aktivitas siber jahat seperti itu dibiarkan terjadi tidak sejalan dengan norma perilaku negara yang bertanggung jawab di ruang digital. Hari ini kami memanggil Dutabesar China dan menangani masalah ini secara langsung," tutur Soreide.
Sementara itu, Layanan Keamanan Norwegia (PST) mengatakan pihaknya masih menyelidiki serangan tersebut.
Dalam sebuah pernyataan, Keduataan Besar China di Norwegia menyebut kecurigaan Oslo terhadap Beijing diwarnai oleh manipulasi politik.
"Kami berharap Norwegia dapat memberikan fakta dan bukti untuk mengetahui kebenarannya," kata kedutaan.
Norwegia diketahui bukan satu-satunya negara yang menuding China telah melakukan serangan siber. Sebelumnya, China juga diduga telah menyerang jaringan email parlemen Australia yang juga melibatkan perangkat lunak Microsoft.
Tudingan Norwegia terhadap China juga telah mendapat dukungan dari Uni Eropa, Amerika Serikat, NATO, dan Inggris.
Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.
BERITA TERKAIT: