Dimensy.id Mobile
Dimensy.id
Apollo Solar Panel

Buntut 'Genosida' Uighur, Arnhem Putus Hubungan Sister City Dengan Wuhan

 LAPORAN: <a href='https://rmol.id/about/amelia-fitriani-1'>AMELIA FITRIANI</a>
LAPORAN: AMELIA FITRIANI
  • Jumat, 23 Juli 2021, 23:26 WIB
Buntut 'Genosida' Uighur, Arnhem Putus Hubungan <i>Sister City</i> Dengan Wuhan
Kota Arnhem pada pekan ini memutuskan rantai kerjasama tersebut dengan Wuhan karena perlakuan pemerintah China terhadap kelompok Uighur di Xinjiang/Net
rmol news logo Isu penindasan terhadap kelompok minoritas Uighur di China kembali berbuntut panjang. Kali ini menyangkut hubungan sister city atau kota kembar yang dijalin antara kota Arnhem di Belanda dan kota Wuhan di China.

Kota Arnhem pada pekan ini memutuskan rantai kerjasama tersebut dengan Wuhan karena perlakuan pemerintah China terhadap kelompok Uighur di Xinjiang. Pemerintah kota Arnhem bahkan menyebutnya sebagai bentuk "genosida".

Untuk diketahui, sister city adalah konsep penggandengan dua kota yang berbeda lokasi dan administrasi politik dengan tujuan menjalin hubungan budaya dan kontak sosial antar penduduk. Sister city umumnya memiliki persamaan keadaan demografi dan masalah-masalah yang dihadapi.

Langkah terbaru pemerintah kota Arnhem untuk memutus hubungan sister city itu diambil setelah mayoritas dewan kota Arnhem memberikan suara menentang rencana walikota untuk melanjutkan hubungan dengan Wuhan dan tetap berdialog dengan China tentang hak asasi manusia. Mayoritas dari mereka memilih untuk segera memutuskan hubungan dengan Wuhan.

"Kami percaya bahwa pelanggaran hak asasi manusia terjadi dalam skala besar di China dan situasi Uighur dan minoritas lainnya di China memburuk dari hari ke hari dan bahwa dalam keadaan ini tidak bermoral untuk mempertahankan hubungan kota dengan China," begitu kutipan pernyataan tersebut sebagaimana dimuat New Indian Express pada Jumat (23/7).

Pada saat yang bersamaan, Majelis Rendah parlemen Belanda juga setuju bahwa cara China memperlakukan orang Uyghur harus disebut genosida.

“Ini melibatkan pelanggaran mengerikan terhadap minoritas Muslim Uyghur. Kita tidak boleh berbasa-basi dan menyebutnya genosida,” begitu kata salah seorang anggota parlemen D66 Sjoerd Sjoerdsma. rmol news logo article

Temukan berita-berita hangat terpercaya dari Kantor Berita Politik RMOL di Google News.
Untuk mengikuti silakan klik tanda bintang.

ARTIKEL LAINNYA